JAKARTA – Tidak sedikit guru di Palu, Donggala, dan Sigi di Sulawesi Tengah (Sulteng) yang meninggal dan hilang akibat gempa dan tsunami. Berkurangnya jumlah guru tersebut tentu akan berpengaruh terhadap proses kegiatan belajar mengajar di daerah terdampak bencana tersebut.
Karenanya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan merekrut sarjana pendidikan untuk menjadi tenaga pendidik di sana.
“Harus mencari guru pengganti. Sarjana pendidikan yang baru lulus sebagai salah satu prospek,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud Hamid Muhammad dilansir dari pikiranrakyat.com.
Kini, pihaknya sedang menghitung jumlah guru yang dibutuhkan. Merekrut sarjana pendidikan menjadi opsi paling realistis jika melihat kebutuhannya yang sangat mendesak.
“Sambil jalan. Ini persoalan di Sulteng pasti agak lama, dan jauh lebih lama dibandingkan Lombok,” tambahnya.
Ditandaskan, ada skema lain untuk memenuhi kekurangan guru di Sulteng. Antara lain dengan mengirim guru yang direkrut melalui program Guru Garis Depan (GGD).
Kemendikbud masih memverifikasi jumlah pasti guru dan siswa yang meninggal atau belum diketemukan.
“Semua upaya kami lakukan. Tapi sebagian guru sudah ada yang melapor ke sekolah siap mengajar kembali,” jelasnya.
Ia menjelaskan, kendati proses belajar digelar secara darurat, Kemendikbud tidak akan menerapkan kebijakan khusus seperti mengganti kurikulum. Menurut dia, kurikulum yang dijalankan saat ini, yakni Kurikulum 2013 aplikatif digelar di berbagai kondisi.
“Tapi kalau ada usulan (membuat kurikulum darurat) bisa saja kami lakukan,” katanya.
Dari laporan Dinas Pendidikan Provinsi Sulteng, ada sekitar 2.300 sekolah yang hancur. Jumlah tersebut belum termasuk sekolah yang berada di Kabupaten Sigi.
“Kami belum bisa masuk ke Sigi karena akses jalan putus. Kami tidak bisa menjangkau daerah yang ingin kami kunjungi,” katanya.
Kemenristek Berikan Beasiswa
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) akan memberikan beasiswa bagi mahasiswa korban bencana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala.
Kemenristekdikti mendata, di Sulteng terdapat 37 perguruan tinggi baik negeri maupun swasta dengan 61.827 mahasiswa.
“Saya pastikan pemerintah akan memberikan beasiswa bagi mahasiswa korban bencana. Beasiswa ini untuk mahasiswa yang tengah kuliah di Palu dan Donggala maupun mahasiswa asal Palu dan Donggala yang tengah menempuh studi di perguruan tinggi di luar Sulawesi Tengah,” kata Menristekdikti Mohamad Nasir.
Berdasarkan data dari Kemenristekdikti, saat ini terdapat 3.530 mahasiswa asal Sulteng yang menempuh studi di 35 perguruan tinggi di Indonesia.
“Jangan sampai mahasiswa terkatung-katung akibat bencana sehingga kuliah berhenti, jangan sampai terjadi. Nanti ada pembebasan biaya di kampus ataupun beasiswa, akan kita lakukan pembahasan bersama rektor,” ujarnya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari tim penanganan bencana di Universitas Tadulako, hingga 3 Oktober 2018 diketahui tidak ada korban jiwa dari mahasiswa asing yang tengah menempuh studi di perguruan tinggi di Palu dan Donggala.
Mahasiswa asing yang tengah kuliah di Palu dan Donggala antara lain berasal dari Vietnam, Timor Leste, dan Thailand. (Siedoo)