Siedoo, “Jadikan setiap tempat sebagai sekolah dan jadikan setiap orang sebagai guru” (Ki Hadjar Dewantara). Selamat Hari Pendidikan Nasional! Mari kita mencoba merefleksikan peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2020 di tengah pandemi Covid-19 ini.
Di tengah pademi Covid 19 ini, Kemendikbud juga mengangkat “Belajar dari Covid-19” sebagai tema Hardiknas 2020. Mengisyaratkan kepada kita semua bahwa proses pembelajaran bagi setiap insan tidak boleh terhenti walau baru dicoba oleh Allah SWT dengan adanya wabah ini.
Perubahan Luar Biasa
Banyak sekali perubahan yang terjadi dan sebelumnya tidak pernah terpikir oleh kita semua, terutama di dunia pendidikan. Proses pembelajaran tatap muka antara guru-siswa, saat ini sekolah telah berpindah di rumah. Orang tua peserta didik dipaksakan untuk mendampingi anak-anak mereka melakukan tugas sekolah, di samping harus bekerja memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka.
Selama 24 jam anak-anak kembali bersama keluarga, namun proses pendidikan tetap berlangsung secara daring. Guru dan kepala sekolah mempersiapkan diri untuk memberikan materi melalui media sosial, google classroom dan google form.
Perubahan yang mendadak dan luar biasa ini mendorong kepala sekolah, guru dan peserta didik untuk kreatif dan inovatif. Jadwal pelajaran dipersiapkan oleh sekolah yang tentunya berbasis online. Inilah satu hikmah perubahan dalam pembelajaran dan interaksi antara sekolah, peserta didik, dan orang tua.
ASN Peduli Covid-19
Selama pademi ini setiap orang belajar untuk peduli dengan sesama, seperti terlihat sebagai Aparatur Sipil Nasional (ASN) Daerah Kota Magelang para guru dan kepala sekolah menyalurkan bantuan Dampak Covid-19 melalui KORPRI dan PGRI. Gaji mereka ‘dipotong’ sesuai golongannya atau dikumpulkan oleh bendahara sekolah dan disalurkan untuk memberikan bantuan Dampak Covid-19.
Selain itu, beberapa sekolah melaksanakan pembagian sembako untuk peserta didik yang tidak mampu dan tenaga kebersihan sekolah. Semua ini menunjukkan bahwa ASN telah ikut peduli terhadap masyarakat yang terkena dampak pademi Covid-19. Bahkan dana BOS dialihkan untuk membantu Guru Tidak Tetap (GTT) dan peserta didik untuk melancarkan kegiatan belajar dari rumah, berupa pemberian paket data maupun pulsa.
Beberapa program pemerintah untuk membantu masyarakat yang mengalami dampak pademi Covid-19 sudah luar biasa dan mengena pada sasaran. Program itu disampaikan kepada sekolah dan diterapkan oleh masing-masing sekolah untuk berpartisipasi. Sudah tentu masing-masing daerah memiliki kemampuan dan permasalahan yang berbeda-beda terutama untuk peduli Covid-19 ini. Sehingga pelaksanaan program peduli ini pun beragam cara yang dilakukan.
Usulan Bombastis
Pagi ini saya tergelitik oleh ‘Usulan Potong Pendapatan ASN Sebesar 50%’ terhadap Golongan III ke atas’, adapun golongan I dan II terima utuh. Usulan yang sangat ‘bombastis’ sekali. Sebagai kepala sekolah, saya melihat gaji yang diterima oleh guru dan staf karyawan hampir 70% mereka tidak menerima gaji utuh. Bahkan mereka hanya tersisa sedikit dari potongan angsuran bank dan sebagainya.
Berdasarkan data yang saya himpun, banyaknya potongan gaji untuk membiayai sekolah anak-anak mereka. Kemudian bagaimana nasib mereka jika 50% gaji masih akan dipotong untuk membantu dampak Covid-19? Menurut saya ini justru akan menambah dampak pademi yang baru.
Tidak menutup kemungkinan, permasalahan yang saya alami ini juga terjadi di sekolah-sekolah lain di luar daerah. Untuk itu perlu adanya pertimbangan dan survey lapangan terlebih dahulu jika ingin menyampaikan usulan 50% gaji dipotong. Karena jumlah gaji dari ASN Daerah di bawah ASN Provinsi, dan tentunya berbeda lagi dengan ASN Pusat.
ASN Daerah Golongan III dan IV di sekolah kami, tidak menerima tunjangan kinerja. Bagi guru menerima tunjangan profesi yang nantinya pun akan dipotong untuk membantu dampak Covid-19. Untuk itu, sekali lagi, perlu adanya tinjau lapangan kembali sebelum usulan itu diajukan ke pemerintah pusat.
Peduli Tidak Harus Potong Gaji
Peduli dengan masyarakat itu memang perlu, namun di tengah-tengah wabah ini mereka ASN tetap bekerja di rumah. Dengan harapan menerima gaji yang dialokasikan untuk membayar tagihan bank dan kebutuhan hidup lainnya. Peduli sesama itu juga perlu, namun pemerintahan ini harus tetap berjalan.
Kita membutuhkan para ASN untuk tetap menjalankan roda pemerintahan. Maka perhatikan nasib mereka juga masalah mereka, karena tidak sedikit yang juga mengalami dampak dari wabah ini. Marilah kita bersama menghadapi cobaan ini dengan kekuatan kita masing-masing.
Semoga dengan kebersamaan kita semua tetap sehat selamat. Waktunya kita semua belajar dari Covid-19 untuk lebih bijak dalam segala hal, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Termasuk peduli Covid-19 tidak harus dengan memotong gaji ASN, apalagi hingga 50%, sebaiknya jangan dilakukan. Itu baru kebijaksanaan yang bijak. (*)
Dr. Siti Yulaeha, S.Pd, M.Si Kepala SMP Negeri 9 Kota Magelang Jawa Tengah