SURABAYA – Perguruan Tinggi dari berbagai negara berkompetisi dalam ajang the 5th International Young Inventors Awards (IYIA) 2018, di Inna Grand Bali Beach Sanur, Bali. Dalam ajang bergengsi tersebut, masing-masing peserta saling menunjukkan ide dan produk inovasi terbaiknya. Setelah melalui perjalanan yang berliku, tim kontingen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur berhasil membawa pulang sembilan medali sekaligus.
“Sangat senang bisa ikut berkompetisi di kancah internasional. Terlebih ketika tim kami berhasil mempersembahkan medali emas untuk ITS,” kata salah satu mahasiswa peserta kompetisi Wulan Aulia.
Prestasi itu diraih tujuh tim dari departemen yang berbeda-beda. Empat tim dari Departemen Kimia, dua tim berasal dari Tim Aryaraka Teknik Kimia Industri, dan satu tim lainnya berasal dari Tim Antasena Teknik Material. Dari perolehan sembilan medali kontingen ITS tersebut, tiga di antaranya adalah medali emas.
Dua emas sekaligus disumbangkan oleh dua tim dari Departemen Kimia. Emas pertama dipersembahkan oleh tim yang beranggotakan Alvin Romadhoni Putra, Rahardian Abdul Rachman, Ulva Tri Ita Martia, Wulan Aulia, Alvin Rahmad Widyanto, Wahyu Ariffianto dan Anggi Putri Anafiesma.
Tim ini menginisiasi penyimpanan hidrogen dari karbon yang ter-template Zeolite KTZ. Selanjutnya, emas kedua diperoleh dari karya inovatif Microbial Fuel Cell (MFC) andalan tim yang diketuai oleh Wulan Aulia. Tak hanya medali emas, dua tim lainnya dari Departemen Kimia juga berhasil menyumbangkan medali perak.
Sementara medali emas ketiga berhasil direngkuh oleh ITS dari Tim Antasena Teknik Material. Dalam ajang yang berlangsung selama empat hari ini, Tim Antasena membawa tiga karya sekaligus yakni Antasena Carbon Wheels, Antasena Vledee A-1 dan Antasena Al-Air Battery P-1. Melalui tiga karya inovatifnya tersebut, dua di antaranya masing-masing mendapatkan satu medali perunggu.
Sementara itu, satu medali perak dan perunggu lainnya berhasil dibawa pulang oleh Tim Aryaraka berkat gagasan pengolahan limbah industri pabrik menjadi biogas dan pengolahan air bilga dengan proses elektrokoagulasi menggunakan elektroda aluminum.
“Keberhasilan ini bukanlah akhir dari perjuangan tim. Karena masih banyak proses yang patut dikembangkan lebih lanjut nantinya,” kata Wulan. (Siedoo)