Siedoo.com -
Daerah

Bahasa Interaksi Menentukan Karakter Anak

TEMANGGUNG – Bahasa ibu atau bahasa pertama sangat penting dipertahankan di era globalisasi saat ini. Sebab, saat ini kerusakan pada diri anak tidak hanya pada aspek rusak bahasanya, namun juga karakternya. Keluarga sangat menentukan bahasa yang halus dan merupakan pertahanan bahasa ibu.

“Jika kita orang Jawa, Sunda, maka kita harus melestarikan ‘bahasa ibu’ kita tersebut, yaitu bahasa Jawa, Sunda, dan bahasa ibu yang lain,” kata Faizah MPd, dosen Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Temanggung, Jawa Tengah.

Faizah menyampaikan itu saat menjadi narasumber Diskusi Prodi PGMI bekerjasama dengan Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP) PGMI STAINU Temanggung di Kampoeng Sawah Temanggung. Rangkaian kegiatan tersebut digelar dalam acara bertajuk Forum Keakraban Mahasiswa dan Diskusi Prodi dengan tema “Bahasa dan Pengembangan Karakter”.

Lulusan Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu, memberi solusi, bahwa pemertahanan bahasa ibu juga ditentukan oleh penggunaan bahasa dalam pergaulan sehari-hari. Bahasa menjadi penciri karakter seseorang.

“Jika bahasanya baik, maka akan mencerminkan karakter baik sang anak, atau sebaliknya,” jelasnya.

Effi Wahyuningsih, dosen Bahasa Inggris STAINU Temanggung sebagai penyaji kedua, mengatakan bahwa bahasa sangat berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak. Penggunaan bahasa dalam interaksi sehari-hari sangat menentukan karakter anak.

“Kasar atau halusnya bahasa mereka ditentukan oleh penggunaan bahasa dalam interaksi sehari-hari di lingkungan mereka,” kata dia.

Bahasa yang mereka peroleh dan pelajari dari keluarga, sekolah, tayangan-tayangan acara di televisi dan internet juga sangat berpengaruh kepada karakter anak. Kurikulum di jenjang SD/MI, juga menentukan bahasa dan karakter anak.

“Maka dari itu, Program Penguatan Karakter (PPK) sesuai Perpres 87 tahun 2017 yang digagas Presiden Joko Widodo melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memprioritaskan pendidikan karakter untuk jenjang SD/MI sebesar 70 persen,” tegas dia.

Baca Juga :  Mendikbud Dorong Guru Tumbuhkan Minat Siswa Terhadap Sastra

Acara diawali dengan pelantikan pengurus redaksi oleh Kaprodi PGMI STAINU Temanggung sekaligus launching Buletin PGMI (BUMI) oleh Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAINU Temanggung. Dalam diskusi itu dimoderatori salah satu dosen STAINU Muhammad Fadloli Alhakim. Dari diskusi ini, menghasilkan sebuah solusi jangka panjang dan jangka pendek pada kerusakan bahasa anak di era milenial ini.

Hadir dalam kesempatan itu Kaprodi PGMI STAINU Temanggung Hamidulloh Ibda, Sekprodi PGMI STAINU Temanggung Farinka Nurrahmah Azizah dan dosen PGMI STAINU Temanggung Andrian Gandi Wijanarko. Serta puluhan mahasiswa dan juga pengurus HMP PGMI STAINU Temanggung.

Dosen dan mahasiswa saling beradu argumen mengenai penggunaan bahasa kasar dan penerapannya dalam keluarga serta di sekolah. Sebagai simpulan dari acara diskusi ilmiah tersebut, bahwa pembentukan karakter anak melalui bahasa juga harus dikaitkan erat dengan budaya.

Hal itu karena belajar bahasa juga berarti belajar tentang budaya terkait. Semakin baik bahasa seorang anak, mereka akan menjadi tunas muda untuk generasi berbudaya yang nasionalis dan religius. Sesuai cita-cita pendidikan karakter yang digagas pemerintah. (Siedoo)

Apa Tanggapan Anda ?