DENMARK – DALAM lawatannya ke beberapa negara Eropa, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy berkesempatan mengunjungi Denmark. Mendikbud beserta jajarannya memberi perhatian pada keberhasilan Denmark menjadi negara yang berhasil menempati posisi ke-5 tertinggi dalam IPM di dunia.
IPM atau Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia.
Sebelum bertemu Menteri Kebudayaan Denmark, Mendikbud menyempatkan berkunjung ke Lego Education di Billund, sekitar 400 km dari Kopenhagen. Lembaga yang dibangun oleh perusahaan mainan anak-anak yang sukses mendunia itu, merupakan rujukan menarik bagi pengembangan pendidikan yang memanfaatkan teknologi digital.
Dalam kesempatan tersebut, Mendikbud dan jajarannya menerima pemaparan dan melihat langsung bagaimana siswa diajak berfikir kreatif, sistematis, dan mampu mengembangkan kemampuan individunya.
Mendikbud terkesan dengan aktivitas bermain sambil belajar yang dilakukan anak-anak di sana. Bagaimana anak-anak bermain sambil belajar, bekerja secara kelompok dengan kompak dan kreatif, lalu mengambil makanan dan membersihkan sisa makanan secara mandiri.
“Walaupun materi pelajarannya serius dan lumayan berat, tetapi dilakukan dengan sangat menyenangkan. Ini akan membentuk karakter yang baik,” ujarnya.
Presiden Lego Education, Esben Staerk menerangkan, pihaknya secara terus-menerus melakukan kajian dan inovasi pembelajaran untuk anak-anak usia 3 hingga 16 tahun. Fokusnya, meningkatkan kemampuan siswa dalam bidang sains, teknologi, teknik dan matematika.
“Kami merancang sumber daya berdasarkan sistem kursus dan menggabungkan dengan kurikulum dan sumberdaya digital,” jelas Esben.
Mendikbud menyebut penggabungan sistem pendidikan formal dan nonformal (kursus) di Denmark sebagai sesuatu yang menarik. Dengan demikian, tidak ada kesan diskriminasi bahwa pendidikan nonformal dinomorduakan, bahkan menjadi solusi menjawab kebutuhan keterampilan tenaga kerja.
Sistem tersebut juga tercermin dari kunjungan pada hari kedua di Technical Education Copenhagen (TEC) dan Niels Brock Copenhagen Bussiness College. Demikian pula penjelasan Sekretaris Permanen Menteri Pendidikan Denmark, Sharon Hartman, yang menegaskan tidak ada pemisahan sistem pendidikan formal dan informal.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudyaaan (Kemendikbud) Didik Suhardi menyampaikan bahwa dalam waktu dekat, Indonesia akan segera mengirimkan instruktur/pelatih guru untuk magang di lembaga-lembaga pelatihan ternama di Denmark tersebut.
“TEC merupakan contoh yang sangat baik bagaimana pendidikan formal, kursus dan korporasi dapat berkolaborasi menjawab tantangan dunia industri. Dia merupakan gabungan dari SMK-SMK dan lembaga kursus kecil yang kemudian menjadi rujukan pendidikan vokasi yang sangat baik,” ungkap Didik Suhardi usai mengikuti paparan di TEC.
Kemendikbud juga menawarkan kepada siswa-siswi di Denmark untuk melamar beasiswa Darmasiswa ke Indonesia. Tahun 2017 hingga tahun 2018 ini tak satupun siswa asal Denmark mengikuti program belajar Bahasa dan budaya Indonesia itu, padahal pada tahun-tahun sebelumnya selalu ada.
Lima Alasan Jadi Rujukan Pendidikan Dunia
Dilansir dari laman resmi Kemendikbud, berikut 5 alasan Denmark patut dijadikan acuan pendidikan dunia: 1) Bermain sambil belajar; 2) Gabungkan kurikulum dan sumberdaya digital; 3) Penggabungan sistem pendidikan formal dan nonformal; 4) Kolaborasi dengan korporasi; dan 5) Mempertahankan nilai budaya.
Untuk point kelima ini, Muhadjir mengapresiasi keberhasilan Denmark dalam mempertahankan nilai-nilai budaya. Hal ini terlihat dari cara pemerintah menjaga kelestarian arsitektur bangunan-bangunan tua yang bertahan hingga saat ini. Selain itu, sistem pendidikan dan etos kerja masyarakatnya juga mendukung majunya peradaban, terlihat dari cara hidup masyarakat sehari-hari.
Siedoo/Kemendikbud/NSK