JAKARTA – Fakultas di perguruan tinggi, terutama yang berada di bawah Kementerian Agama (Kemenag) bakal bertambah. Yakni, Fakultas Haji dan Umrah. Kini fakultas yang terkait dengan ibadah di Makkah tersebut sedang dikaji.
Langkah tersebut ditempuh menyusul banyaknya kebutuhan berbagai layanan untuk ibdah tersebut yang semakin kompleks, baik dari segi agama maupun non – agama.
“Yang dibutuhkan bukan hanya pembimbing ibadah haji profesional. Tapi juga tenaga profesional dalam pengelolaan sisi bisnis haji dan umrah, sebagai bisnis jasa yang demand dan animo pasarnya terus meningkat,” kata Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh (PHU) Kemenag Nizar Ali dilansir jpnn.com.
Seperti diketahui, saat ini, program studi (prodi) yang mempelajari haji dan umrah ada di dua fakultas. Yaitu, Fakultas Dakwah dan Komunikasi atau Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
Nizar menyerukan, pentingnya pembicaraan akademik yang komprehensif para rektor dan pemangku kebijakan perguruan tinggi untuk merespons hal tersebut.
Sementara itu, prosesi puncak haji berupa wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, dan melontar jumrah di Mina (Armina) akan berlangsung sekitar dua pekan lagi. Seluruh jemaah haji diminta tetap menjaga kesehatan dan menghemat energi.
“Jangan sampai energi kita terkuras untuk melakukan sunnah. Sementara rukun dan wajib haji belum kita lalui,” tandas Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Makkah Endang Jumali sebagaimana di laman kemenag.go.id.
Menurut Endang, pihaknya terus mengimbau kepada 170 ribu jemaah yang kini sudah berada di Makkah untuk mengefektifkan energi yang dimiliki.
“Kepada jemaah yang baru datang dan akan melaksanakan thawaf qudum (thawaf kedatangan), dimohon tidak berbarengan dengan waktu salat,” tandasnya.
Sementara Kasi Katering Daker Makkah, Evy Nuryana, mengatakan pihaknya saat ini semakin memperketat pengawasan katering yang diterima jemaah.
“Ini sudah mendekati puncak, jumlah jemaah sudah semakin banyak. Maka kontrol kualitas katering menjadi perhatian kami,” urai Evy.
Untuk itu, pihaknya telah menempatkan 164 petugas pengawas katering di 164 hotel yang digunakan jemaah Indonesia di Makkah.
“Prosedur yang dilakukan saat pengecekan adalah ambil satu porsi secara acak, dicicipi sayur, lauk dan nasi bagian bawah,” kata Evy. (Siedoo)