Siedoo, Cadangan energi dari bahan bakar fosil semakin lama semakin menipis. Oleh karena itu banyak penelitian yang diarahkan untuk mendapatkan energi baru sebagai alternatif. Misalnya energi dari matahari, angin, panas bumi, dan lainnya. Namun, yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana menyimpan energi-energi alternatif tersebut.
Dengan alasan itu, mahasiswa Program Studi Doktor Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat berhasil membuat penelitian tentang membran penukar ion heterogen yang punya banyak manfaat. Membran penukar ion ini bisa digunakan untuk produksi air ultramurni, pembangkit energi listrik fuel cell, dan penyimpanan energi (energy storage).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Khoiruddin ini sekaligus menjadi disertasinya untuk program Doktor Teknik Kimia dengan judul Preparasi dan Karakterisasi Membran Penukar Ion Heterogen Berbasis Polivinil Klorida. Penelitian itu berhasil dipertahankan dalam Sidang Terbuka Sekolah Pascasarjana ITB di ruang Galeri program studi Teknik Kimia.
Penelitian yang dilakukannya ini tentang pembuatan membran bermuatan, atau membran penukar ion yang berstruktur heterogen. Membran penukar ion sendiri merupakan lapisan semi-permeabel yang dapat melewatkan komponen ionik.
Penelitian ini diharapkan tidak hanya dapat menghasilkan membran yang baik, tetapi juga murah. Sebab saat ini belum ada industri di Indonesia yang membuat membran jenis ini. Membran penukar ion yang dikembangkan ini memiliki karakteristik pemisahan yang cukup baik. Proses fabrikasinya juga relatif sederhana, dan dibuat dari material yang murah dan banyak tersedia di pasaran, seperti PVC.
“Kedepannya, membran penukar ion dapat berperan dalam bidang penyimpanan energi. Contohnya redox flow battery,” ungkap dia.
Redox flow battery merupakan salah satu jenis baterai yang handal dan mampu menyimpan energi lebih lama dibanding jenis baterai lainnya. Baterai jenis ini mampu menyimpan energi dalam skala sedang hingga besar dengan memanfaatkan sistem elektrokimia. Energi yang diperoleh disimpan dalam dua jenis larutan elektrolit yang dipisahkan oleh membran penukar ion.
Menurut dia, membran yang dibuat ini kualitasnya cukup bagus. Sudah diuji dalam skala lab, dan tidak kalah dengan membran yang dikembangkan oleh peneliti lain.
“Kami berharap penelitian ini bisa didorong ke arah industri,” harapnya.
Penelitian tentang membran penukar ion ini dilakukan selama 4 tahun sejak 2014. Selama melakukan penelitian, tak ada kendala berarti. Hanya beberapa kendala teknis saja yang harus dihadapi seperti pembuatan alat uji dan keterbatasan alat lainnya.
Penelitian yang awalnya didanai sendiri oleh pembimbing, kemudian mendapatkan bantuan beasiswa disertasi dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) 2016, yang menurutnya sangat membantu sekali dalam penyelesaian penelitian tersebut.
Selama masa penelitiannya, Khoiruddin juga berhasil mempublikasikan 36 artikel ilmiah terindeks Scopus. Dimana 8 diantaranya tergolong dalam jurnal Q1 dan satu bab di buku internasional terbitan Elsevier seperti yang dijelaskan oleh Prof. I Gede Wenten, selaku ketua tim pembimbing. Prof. Wenten pun berharap program doktoral di Indonesia menjadi lebih menarik dan kompetitif kedepannya.
“Kami kira ini masa studi yang tergolong sangat cepat, ya. Biasanya untuk program doktor rata-rata 5 tahun di ITB, di atas 4,5 tahunan,” tandasnya.