SURABAYA – Polusi udara yang disebabkan dari kendaraan bermotor mendapat perhatian para mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur. Gas beracun hasil pembakaran bahan bakar kendaraan (polutan) mampu disulap menjadi gas yang aman dan layak buang. Gas beracun yang dimaksud ini merupakan gas pemicu utama terjadinya gangguan atau penyakit pernapasan, seperti karbonmonoksida, nitrogenoksida, dan hidrokarbon.
Guna mengatasi masalah tersebut, mahasiswa terpikir untuk menciptakan katalitik konverter berupa reaktor atau tabung kecil yang berisikan lempengan kawat tembaga dan senyawa kimia padatan, katalis berupa Zeolit-NaY/MnO2. Adanya tembaga dan katalis tersebut berguna mereduksi atau mengubah gas karbonmonoksida, nitrogenoksida, dan hidrokarbon tersebut menjadi gas kabondioksida, nitrogen, uap air, dan ion sulfat. Keempat senyawa hasil konverter tersebut dinilai tim sangat aman dan bermanfaat bagi lingkungan.
Mahasiswa pencipta alat konventer ini adalah Alvin Rahmad Widiyanto, Ulva Tri Ita Martia, dan Rahadian Abdul Rahman. Di tangan tiga orang mahasiswa Departemen Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, gas beracun hasil pembakaran bahan bakar kendaraan diubah menjadi layak buang.
“Gas beracun yang dimaksud ini merupakan gas pemicu utama terjadinya gangguan atau penyakit pernapasan, seperti karbonmonoksida, nitrogenoksida, dan hidrokarbon,” jelas Ketua Tim Alvin.
Menurut dia, jika tidak ditangani lebih lanjut, maka keberadaan gas-gas tersebut akan semakin meruah di alam. Karena aktivitas manusia yang tak luput dari kendaraan. Setelah melalui pengolahan alat tersebut, maka gas beracun menjadi gas yang bermanfaat.
“Gas karbondioksida sebagai bahan fotosintesis bagi tumbuhan, nitrogen untuk daya dukung kesuburan tanah, uap air dan ion sulfat sebagai produk yang aman bagi lingkungan,” jelas Ulva, salah satu anggota tim.
Reaktor katalitik ini dipasang pada knalpot kendaraan, disusun sedemikian rupa sehingga model bodi knalpot juga terlihat bagus. Dari hasil pengujiannya, menunjukkan efiensi konverter yang sangat bagus, yaitu 92,18 persen.
“Artinya, sebanyak 92,18 persen kadar gas beracun yang telah berhasil diubah atau direduksi menjadi gas tidak beracun,” imbuh Ulva.
Menurut Ulva, kelebihan katalitik konverter ini mampu digunakan dalam satu tahun dengan masa satu kali penggantian bahan. Selain itu, bahan katalis yang digunakan berharga ekonomis dan mudah didapatkan di pasar bahan kimia pada umumnya.
Inovasi yang dikembangkan tim ini, akan ditunjukkan sebagai bentuk karya penelitian pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-31 pada bulan Agustus mendatang. Harapan dari tim, bisa mewakili ITS di ajang perlombaan tersebut.
“Kami sangat bangga ketika kami berhasil menjadi perwakilan ITS serta mendapatkan mendali emas kelak,” tutur Rahadian, anggota tim lainnya.