SURABAYA – Pusat industri perkapalan tidak pernah menetap, selalu berpindah dari satu negara ke negara lain. Dulu bangsa Eropa menjadi pemrakarsa lewat ekspedisi pelayarannya. Menginjak tahun 90-an, pusat industri kapal ada di tangan Jepang, dan saat ini di era tahun 2000 pusatnya bergeser ke Korea dan Cina. Hal ini tidak menutup kemungkinan pusat industri itu beralih ke Indonesia.
“Bukan mustahil jika Indonesia nantinya juga bisa menjadi pusat industri kapal dunia. Oleh karena itu kami sedang bersiap diri untuk menyongsongnya,” kata Kepala Departemen Teknik Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur Ir Wasis Aryawan MSc PhD.
Ia mengatakan itu berkaitan dengan kerjasama antara Departemen Teknik Perkapalan ITS dengan Mokpo National University (MNU) of South Korea. Kerjasama ini membuka progam double degree untuk jenjang sarjana. Program ini dilatarbelakangi permintaan pemerintah Indonesia agar ITS menghasilkan lulusan berwawasan internasional. Dengan demikian, membuat ITS semakin gencar melakukan kerja sama dengan universitas luar negeri.
“Kondisi Korea Selatan sebagai pemroduksi kapal terbesar di dunia turut mendorong pembukaan double degree ini. Mahasiswa dirasa perlu belajar dari MNU sebagai motor penggerak industri tersebut,” jelasnya.
Menurut dia, kerjasama ini ikut andil dalam menyediakan lulusan berkualitas. Selain itu, kerjasama ini juga ditargetkan mampu membuka jaringan bisnis berskala internasional bagi mahasiswa kedepannya.
“Di sini mahasiswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi permasalahan di dunia kerja nantinya,” lanjut Wasis.
Program yang kali pertama bagi Teknik Perkapalan ini juga mampu membuka peluang lulusannya untuk bekerja di Korea. Kerja praktik dan pengerjaan skripsi di sana menjadi kunci mahasiswa untuk mempelajari etos kerja dan kedisiplinan mereka.
“Harapannya setelah pulang, mereka dapat mengaplikasikan ilmunya di Indonesia,” imbuh alumnus Newcastle University tersebut.
Progam double degree ini ditetapkan setelah penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) pada 4 April 2018 lalu. Tahun ini baru dapat dilakukan pendaftaran melalui Progam Kemitraan dan Mandiri (PKM) dengan daya tampung 40 orang.
“Tidak ada syarat khusus bagi para pendaftar. Hanya saja akan dilakukan tes bahasa Inggris di akhir seleksi penerimaan mahasiswa baru,” jelas pria asal Bojonegoro itu.
Mahasiswa yang dinyatakan lulus dan diterima pada progam double degree akan mengikuti kursus bahasa Inggris dan bahasa Korea secara intensif. Mereka akan berkuliah selama tiga tahun di ITS dan satu tahun di Korea dengan bahasa pengantar bahasa Inggris. Sistem kredit semester (SKS) yang ditentukan adalah 82 di ITS dan 63 di MNU.
“Mereka akan mendapat gelar ST dari ITS dan BEng dari Korea,” katanya.