SURABAYA – Berbagai perguruan tinggi akan bertarung pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) di bulan September 2018. Rencananya, Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi tuan rumah pagelaran bergengsi itu. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur bertekad mengalahkan para lawan dan menargetkan menjadi juara.
“ITS tidak main-main dalam memasang target untuk Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional di September mendatang. Acara yang rencananya digelar di Universitas Negeri Yogyakarta ini akan menjadi saksi kejayaan keilmiahan mahasiswa ITS,” jelas Direktur Direktorat Kemahasiswaan ITS Dr Darmaji SSi MT.
Ia mengatakan, target juara bukan tanpa hitungan. Tahun lalu, ITS sedikit kecewa karena harus berpuas diri di posisi tiga dengan selisih satu emas dibandingkan sang juara umum. Sudah barang pasti, ITS tidak ingin mengulang luka lama kembali.
“Kami tergelincir di PKM-Penerapan Teknologi yang biasa menjadi lumbung medali bagi ITS,” kata Darmaji.
Tahun lalu, tidak satu pun tim PKM bidang yang menjadi andalan ITS tersebut yang lolos PIMNAS. ITS telah memiliki strategi khusus agar dapat memboyong pulang piala Adhikarta Kertawidya. Ia berharap, seluruh pihak yang terlibat, seperti tim dosen pendamping keilmiahan ITS, tim dosen pembimbing, dan tim kawal ITS dapat bekerja sama dengan baik.
“Demi tercapainya tujuan besar ini,” ungkapnya.
Peringkat Tiga PKM
Sementara itu, pada 2018 ITS Surabaya kembali menduduki peringkat tiga terbanyak dalam jumlah proposal terdanai dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2018. Sekitar 148 tim PKM ITS dari lima bidang dipastikan berhasil lolos pendanaan oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) RI.
Dari 148 PKM terdanai tersebut terdiri atas 64 proposal PKM-Penelitan, 18 PKM-Kewirausahaan, 35 PKM-Karsa Cipta, 16 PKM-Penerapan Teknologi, dan 15 PKM-Pengabdian Masyarakat. Meski dari segi jumlah mengalami penurunan, produktivitas mahasiswa ITS tetap lebih bagus jika dibandingkan dengan seluruh perguruan tinggi yang ada di Indonesia.
Darmaji mengatakan, jika dibandingkan dengan dua perguruan tinggi peringkat pertama dan kedua yaitu Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Brawijaya (UB), produktivitas mahasiswa ITS masih unggul. Meskipun dari segi jumlah masih tetap kalah.
“Jumlah mahasiswa mereka jauh lebih banyak, ITS hanya sepertiganya saja,” tutur Darmaji.
Penurunan jumlah ini dikarenakan adanya regulasi baru dari Kemenristekdikti perihal jumlah proposal yang boleh diajukan. Berbeda dengan tahun sebelumnya, perguruan tinggi diberi kebebasan dalam hal jumlah pengajuan proposal ini.
“Setiap perguruan tinggi diberi jatah maksimal 700 proposal saja,” kata dia.