AMBON – Ribuan kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) se nusantara berkumpul di Universitas Pattimura, Ambon, Maluku. Mereka mengikuti Kongres HMI ke XXX dengan tema “Mengukuhkan Kebangsaan dan Mewujudkan Indonesia yang Berkeadilan”. Ketua Umum Pengurus Besar HMI Mulyadi P Tamsir menyampaikan pesan khusus kepada para kader hijau hitam tersebut.
“Kongres HMI kali ini merupakan momentum yang berbeda, bersamaan antara kongres dan Dies Natalies HMI. Selain itu juga (pendiri HMI) Lafran Pane dihadiahi gelar pahlawan Indonesia,” jelas Mulyadi.
Ia bersyukur bahwa, pendiri HMI dijadikan pahlawan nasional Indonesia. Sikap Lafran Pane bisa dijadikan teladan bagi para kader HMI di Indonesia. Lafran Pane memiliki sikap yang sederhana, dan jiwa keikhlasan.
“Sikap sederhana (Lafran Pane) harus menjadi teladan HMI dan para pemuda,” jelasnya.
Pelaksana kongres ke XXX di Ambon merupakan amanah dari hasil kongres di Pekanbaru pada 2015 silam. Ambon dinilai tempat yang tepat karena merupakan miniatur sebuah negara Indonesia. Dan bahkan Ambon juga dinilai sebagai miniatur dunia. Mengingat, di Kota Musik ini terdapat berbagai warga dari beberapa keturunan, mulai dari Portugis, Belanda, dan bahkan Arab.
“Kota yang penuh kasih sayang,” ujarnya.
Toleransi yang ada di Ambon layak untuk ditiru masyarakat dari luar. Ia mengajak, para kader HMI se nusantara membawa nilai – nilai toleransi yang ada di Ambon ke daerah masing-masing. Nilai ini perlu dibawa karena saat ini, terdapat 171 daerah di Indonesia tengah melaksanakan pemilihan kepala daerah.
“Kita bawa toleransi di Ambon ke daerah, sehingga bisa menjadi negara yang damai. Oleh karena itu, kami mendukung dan merekomendasikan kota Ambon sebagai kota perdamaian dan kota musik dunia,” tegas dia.
Mulyadi juga menjelaskan tentang arti dari tema dan dari logo Kongres HMI ke XXX. Tema terdiri dari dua kalimat inti, yaitu “Mengukuhkan Kebangsaan”, yang artinya bahwa, gagasan masalah kebangsaan, sebuah mimpi baru menjadi peradaban dunia. Adapun “Mewujudkan Indonesia yang Berkeadilan”, merupakan arti dari tidak adanya perbedaan sikap di depan hukum dan kepentingan kesejahteraan masyarakat.
“Dengan demikian rasa persatuan terwujud,” ucapnya.
Pada kesempatan itu, berbagai tokoh nasional nampak hadir. Mulai dari akademisi, politisi, tokoh masyarakat, Presiden Joko Widodo, Gubernur Maluku Said Assagaff, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, Ketua DPD RI Oesman Sapta Oedang dan berbagai tokoh Korps Alumni HMI. Di hadapan ribuan kader HMI, Jokowi menyampaikan soal beberapa program yang dijalankan selama menjadi presiden. Mulai dari pembagian Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat dan pembangunan berbagai infrastruktur.
“Pentingnya infrastruktur, untuk membangun keadilan sosial Indonesia. Dari Indonesia bagian barat, timur, tengah, yang tertinggal itu timur. Pelayanan dasar, untuk membuka akses bagi mereka,” ujar dia.
Ia juga menyampaikan soal rentetan peristiwa saat berkunjung ke negara di Timur Tengah. Perang yang terjadi disebabkan karena perang saudara. Untuk itu, ia mengingat betul bahwa jangan sampai Indonesia terjadi perang saudara sendiri.
“Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Juga negara demokratis terbesar ke tiga. Islam Indonesia adalah modern dan terbuka. Pancasila ini rumah kita, bukti bahwa bhineka,” katanya.
Jokowi menyatakan, negara ini memiliki insan hingga mencapai jutaan orang. Mulai dari insan akademis, pencipta, pengabdi yang berkualitas. Era globalisasi saat ini, dan revolusi industri yang ada, harus diantisipasi bersama. Hati-hati dengan perkembangan yang pesat saat ini.
“Saya yakin kita bisa, yakin usaha kita diridoi, yakin usaha bisa tercapai dan Yakin Usaha Sampai. HMI!,” ujar Jokowi.