Siedoo, Hisyam Darius Haffian Amadeo merupakan murid kelas 11 Sekolah Cikal Surabaya, Jawa Timur. Ia memiliki kemampuan dalam bidang kesehatan dan teknologi.
Sejak kecil Hisyam dekat dengan ilmu kesehatan dan segala permasalahannya. Namun, ada hal yang lebih mendukungnya mengasah kemampuan untuk bermanfaat bagi sesama, yakni semangat dari ayahnya.
Hisyam, nama panggilannya berhasil meraih juara 3 Lomba Peneliti Belia Se-Jawa Timur (Young Scientist Competition) dan mewakili Jawa Timur di tingkat Nasional pada akhir Oktober hingga November 2021. Ia meraih itu setelah menciptakan Heira “Healing Respirator” terinspirasi dari rendahnya ketersediaan oksigen saat gelombang ke-2 COVID-19 hadir di Indonesia.
Inspirasi menciptakan reaktor Heira yang diikutsertakan dalam Lomba Peneliti Belia (LPB) sebagai sebuah inovasi dalam teknologi kesehatan ini diperuntukkan bagi pasien yang kesulitan mendapatkan oksigen. Awalnya ia membuat Heira berangkat dari satu permasalahan, yakni ketika ada di gelombang 2 COVID-19.
Ia melihat di berita dan kebetulan juga orangtua bekerja di bidang medis mengabarkan tentang kondisi keterbatasan oksigen dan stoknya kosong. Dari sana, ia pun berpikir bagaimana cara menghasilkan oksigen itu seperti apa.
“Kalau di industri itu kayak apa? Lalu, aku ingat dulu aku pernah membuat pemantik api dari air. Dari sana, aku pun berpikir mengembangkan reaktor Heira,” ungkapnya.
Hisyam yang seringkali membuat riset mengenai ilmu pengetahuan alam dan teknologi menceritakan pula pengalamannya berjumpa dengan Menteri Kesehatan Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, dan mengajukan pertanyaan di pembukaan Lomba Peneliti Belia. Di momen pembukaan Lomba Peneliti Belia, hadir Menteri Kesehatan dan tentu ia antusias sekali mengajukan pertanyaan dan berinteraksi langsung dengan menteri.
“Aku bercerita tentang penemuanku, Heira, dan senangnya Pak Menteri mengapresiasi, serta mengharapkan dapat diproduksi massal, murah juga di dalam negeri,” bebernya.
Sebagai murid yang menyukai ilmu sains, Hisyam menceritakan pengalaman belajar di program sains di Cikal. Menurutnya, program sains di Cikal itu berfokus pada implementasi keseharian, jadi lekat dengan keseharian.
Sekolah Cikal itu baginya beda dari sekolah lain, karena lebih sering praktik langsung dari pada mengerjakan soal di kelas. Setiap hari itu mempelajari mengenai implementasi sains (everyday implementation) jadi lebih paham pada pelajarannya.
“Sehingga lebih banyak pengaplikasian sehari-hari gitu,” urainya.
Sementara itu, raihan prestasi tersebut mampu diraih tidak lepas dari dorongan dari orangtua, khususnya ayah. Ia selalu diajarkan menjadi seorang laki-laki harus bisa melakukan segala hal dan belajar sebanyak yang kamu bisa. Jadi, misalnya ada apa-apa itu bisa mengatasinya.
Sejak kecil pun, ia dibiasakan dan diajarkan melakukan pekerjaan yang sifatnya kasar sampai perlu softskill, semua dipelajari. Ia pun selalu ikut ayahnya saat memerlukan bahan material tertentu.
“Jadi, bisa dikatakan sudah terbiasa melihat banyak hal yang bikin aku semakin tahu dan ingin tahu banyak hal,” tutur Hisyam.
Sementara itu, Kepala Sekolah Cikal Surabaya Hasto Pidekso menyatakan apresiasinya pada Hisyam atas keberhasilannya mewakili Cikal dan Jawa Timur di Tingkat Nasional. Kesempatan ini merupakan tahun ke-4 keikutsertaan Cikal. Pendampingan dilakukan secara penuh oleh guru, misalnya Hisyam kategori science didampingi Ibu Varra (Guru Program Science/Chemistry).
“Kami senang dan bangga murid Sekolah Cikal Surabaya kembali menjadi juara Lomba Peneliti Belia (Young Scientist Competition) di mana konsep dan kriteria lomba sejalan dengan aktivitas proyek yang biasa dilakukan murid di sekolah. Banyak kategori yang bisa dipilih siswa sesuai minat dan bakatnya,” katanya. (*)