TANGERANG – Menumbuhkan budaya saling peduli dengan adanya sistem house, adanya interaksi antar kakak kelas dan adik kelas yang akrab, dan adanya kegiatan-kegiatan dengan tujuan untuk bersama. Semuanya diajarkan untuk tidak melawan orang lain atau menindas orang lain.
“Terutama dari teladan yang ada di lingkungan – misalnya dari prinsip memanusiakan hubungan yang dipraktikan guru dan disiplin positif yang diterapkan orangtua,” tulis Najelaa Shihab dalam 22 Pertanyaan di buku Cerita Cikal.
Najelaa Shihab merupakan Pendiri Sekolah Cikal. Di Cikal dinilai tidak pernah ada perundungan dengan alasan sejak usia dini anak-anak telah ditumbuhkan budaya saling peduli, menghargai perbedaan, serta pendapat.
Kegiatan My School Friends yang dijalankan oleh Sekolah Cikal Serpong menjadi salah satu representasi upaya Sekolah Cikal mengembangkan karakter anak-anak sejak dini menjadi pribadi yang mengenali, menghormati, dan menghargai perbedaan sejak dini.
Mengenalkan anak-anak mengenai perbedaan dan menghargai sesama manusia sejak dini merupakan hal yang esensial untuk membentuk karakter dan kepribadian yang memanusiakan hubungan di masa depan. Sebagai upaya membentuk karakter dan praktik baik anak sejak dini, Sekolah Cikal Serpong melalui program program Personal and Social Education (PSE), program belajar di Cikal yang bertujuan untuk membentuk konsep diri yang sehat. Mengembangkan identitas diri serta hubungan dengan sesama dalam diri murid di tingkat Reception Senior atau TK.
Menurut Putri Nurul Aisyah, pendidik tingkat Reception Senior (TK), program Personal and Social Education (PSE) ini sudah diajarkan sejak dini di Sekolah Cikal. Salah satunya lewat kegiatan My School Friends. Pada semester satu ini, para murid sedang mengembangkan hubungan dengan sesamanya.
“Mereka berada di kelas baru, di mana mulai mengenal teman serta menyadari bahwa terdapat persamaan dan perbedaan di antara mereka,” jelasnya.
Melalui kegiatan ini pula, murid diajak untuk memilih teman yang dikenal, kemudian membuat bentuk muka teman tersebut dengan play-dough. Selesai membuat, murid diberikan waktu untuk menceritakan hasil karyanya serta memberikan apresiasi kepada teman tersebut dalam bentuk ucapan.
“Murid diajak untuk mengenal teman mereka serta dapat saling berbagi tentang persamaan dan perbedaan di antara mereka. Sekaligus menyadari bahwa perbedaan itu harus diapresiasi, sama seperti persamaan,” urainya. (Siedoo)