Siedoo, Sekelompok mahasiswa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggagas sistem pertanian memanfaatkan lahan sempit dan energi surya sebagai penyuplai air pada sistem hidroponik. Sistem pertanian ini menggunakan prinsip hidroponik sebagai media tanamnya.
Terpadu dengan kolam ikan yang berada di bawah hidroponik sehingga mudah diterapkan pada lahan yang terbatas. “Kami menyebut sistem ini dengan My Farm,” ujar Khakam Ma’ruf, salah satu anggota kelompok mahasiswa dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
My Farm memanfaatkan energi sinar matahari sebagai penyuplai air pada hidroponik. Pada bagian bawah My Farm terdapat kolam ikan dan pada bagian atasnya merupakan media tanam hidroponik. Sistemnya nanti air dari bawah kolam ikan akan disirkulasi ke tanaman sebagai sistem penyiraman.
Selain itu My farm memanfaatkan pupuk alami dari kotoran ikan yang terfilter. Sehingga kotoran ikan dapat termanfaatkan dan tidak mengganggu pertumbuhan ikan.
Gagasan ini berhasil meraih gold medal dalam World Youth Invention and Innovation Award (WYIIA) yang dihelat oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA).
Khakam Ma’ruf menggagas inovasi ini tidak sendirian. Ia bersama dengan rekan yang lain, seperti Assadullah Al Kafah Alam dan Muhammad Yusri Dzal Yahya prodi Pendidikan Teknik Mesin, Riza Alfiyatun prodi Kimia serta Verlenda Sarma Qur’aini prodi Teknik Elektronika.
Hal yang mendasari mereka menggagas itu adalah Covid-19 yang merupakan sebuah wabah penyakit yang menular. Sehingga membuat pemerintah mengeluarkan peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Peraturan ini membuat distribusi bahan pangan ke berbagai daerah terhambat dan menyebabkan harga bahan pangan menjadi mahal serta mengganggu ketahanan pangan.
Covid-19 juga menyebabkan masyarakat melakukan aktivitas di rumah. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk menunjang kebutuhan pangan sehari-hari adalah dengan menanam tanaman dan memelihara ikan. Namun, kondisi lahan yang terbatas membuat masyarakat menggunakan metode pertanian sistem lahan sempit.
Metode yang sudah ada memiliki beberapa kelemahan diantaranya proses penyiraman yang masih manual, masih memakai pupuk atau pestisida kimia, banyak menyita tenaga atau waktu dan kurangnya inovasi teknologi yang diterapkan. Sehingga kurang menarik untuk dilakukan oleh masyarakat.
Inilah yang mendasari sekelompok mahasiswa UNY untuk menggagas sistem pertanian memanfaatkan lahan sempit dan energi surya. Assadullah Al Kafah Alam menambahkan, selain hidroponik sistem ini juga mengembangkan budi daya perikanan sekaligus sistem filtrasi pengolahan airnya.
“Pada My Farm juga di lengkapi sistem monitoring dengan Internet of Things (IoT) seperti monitoring pH, suhu air dan kadar oksigen terlarut sehingga memiliki kualitas air yang bagus,” ungkapnya.
Muhammad Yusri Dzal Yahya menjelaskan prinsip kerja dari My Farm yaitu dengan membuat suatu konsep pertanian sederhana yang memanfaatkan lahan sempit di sekitar tempat tinggal. My Farm sendiri merupakan penggabungan antara media tanam sayuran menggunakan media hidroponik yang terintegrasi dengan kolam ikan dengan memanfaatkan energi matahari sebagai pengganti dan alternatif energi yang dipakai.
Dibandingkan metode hidroponik pada biasanya, dengan inovasi memanfaatkan IoT di dalamnya, My Farm memiliki keunggulan dimana dapat diatur menggunakan smartphone. Seperti pengecekan dan pemberian nutrisi tanaman, pemberian pakan, dan pengecekan energi yang tersimpan membuat My Farm mudah untuk digunakan masyarakat.
Selain itu, My Farm juga tidak membuat pengguna repot membersihkan kolam karena dikonsepkan memiliki penyaring kotoran otomatis dan memiliki sonar bloom sehingga merangsang tanaman agar tumbuh subur.
“Melalui My Farm ini masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pangan dengan lahan yang minim dan praktis serta ekonomis,” tandasnya. (*)