Siedoo.com - Talkshow Komunitas Sentra Vidya Utama. | Dok Sevima
Opini

Empat Tips Menjadi Mahasiswa ITB

Siedoo, Terdapat beberapa tips untuk masuk perguruan tinggi yang besar. Langkah-langkah jitu bisa ditempuh agar saat mengikuti tes masuk perguruan tinggi nilainya maksimal. Salah satu kampus yang cukup tinggi peminatnya adalah Institut Teknologi Bandung (ITB) Jawa Barat.

Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (OSKM ITB) akan segera digelar pekan depan. Masuk perguruan tinggi termasuk dalam kategori kompetisi, jadi kalau adik-adik ingin masuk ke ITB, harus berjuang.

Ada lima tips lolos ITB sebagai kampus favorit :

1. Berfikir Positif

Sebelum mendaftar untuk masuk ke perguruan tinggi favorit, penulis berpesan agar milenial harus memiliki pemikiran yang positif. Pikiran positif tersebut antara lain : harus yakin diterima di ITB. Dan yakin ketika diterima nantinya dapat belajar sebaik-baiknya serta mengabdikan ilmu bagi orang tua dan bangsa.

Ketika pikiran positif ini sudah ada di benak kita, bahwa langkah menuju kemenangan akan lebih dekat. Doa orang tua juga sangat penting untuk membangun jiwa positif.

Karena kalau kita yakin bisa memenangkan kompetisi ini, mental kita akan terbentuk mental juara. Maka itu akan mampu mengantarkan masuk perguruan tinggi favorit yang dicita-citakan.

2. Kembangkan Diri Sejak Masih di Bangku Sekolah

Cita-cita mau kuliah di ITB tak bisa instan. Belajar kebut semalam apalagi mencontek, bukanlah solusi untuk persaingan ketat saat seleksi masuk ITB. Terlebih sebagai kampus favorit, pesaing untuk masuk kuliah di ITB adalah masyarakat se-Indonesia.

Penulis membuktikan sendiri saat mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Saat awalnya menargetkan diri untuk berkuliah di kampus negeri di Sumatera Utara, tanah kelahiran penulis merasa sudah cukup dengan belajar dari buku sukses ujian yang banyak beredar di toko buku.

Baca Juga :  Trik Menyusun Buku, Menulis Selembar dalam Sehari

Akan tetapi ketika orang tuanya meminta ia untuk mencoba kuliah di ITB. Penulis perlu mengikuti bimbingan belajar dan membaca buku secara intensif. Itulah mengapa, penulis berharap para peminat ITB sudah belajar sejak dini. Kalau bisa, sejak kelas 1 atau dua SMA.

Persiapan untuk masuk perguruan tinggi favorit bisa dilakukan sejak duduk di bangku sekolah. Misalnya dengan kita rajin, memilih bangku paling depan di kelas, sering mencatat pelajaran dari guru, dan bisa juga ikut kursus.

Itu akan sangat membantu daya pikir kita. Karena tantangan tentu meningkat ketika kita mau kuliah di ITB, saingannya se-Indonesia.

3. Belajar Kelompok

Persiapan selanjutnya adalah belajar kelompok dan mengajari kepada sesama teman. Belajar kelompok ini sangat penting. Karena ketika kita mengajari teman itu sama saja kita belajar, hal tersebut sama saja dengan kita mengulangi materi tersebut sehingga mengasah daya ingat kita.

Dengan belajar kelompok, kita mengulang materi. Selain itu, menjadi tahu soal-soal sulit dan mungkin saja kita tidak tahu jawabannya. Nanti bisa bisa dicari jawabannya bersama.

4. Jangan Lelah Latihan Soal

Kiat terakhir yang tak kalah penting adalah memperbanyak latihan soal. Bisa lewat buku pelajaran, platform tryout online, hingga coba mengerjakan soal-soal ujian tahun lalu.

Latihan soal juga bisa dilakukan dengan cara mencoba suasana yang mirip dengan ujian. Misalnya dengan waktu yang sama seperti waktu ujian, jumlah soal yang sama, dan posisi duduk yang sama. Sehingga ketika tes nantinya, kita sudah terbiasa dengan suasana yang ada.

Dengan latihan-latihan, kita bisa tahu seberapa banyak soal yang kita kerjakan, dan juga untuk mengetahui kecepatan kita dalam mengerjakan soal. Agar nantinya ketika tes beneran, manajemen waktu dan mental kita juga bagus. (*)

Baca Juga :  Berikut Kegiatan Pembiasaan Sebagai Pendukung Pendidikan Karakter di Sekolah

*Arya Sinulingga
Sekretaris Jenderal Ikatan Alumni ITB

 

 

Opini penulis disampaikan saat Talkshow Komunitas Sentra Vidya Utama. Turut hadir Prof. Panut Mulyono Rektor Universitas Gadjah Mada dan dr. Agustin Kusumayati Sekretaris Universitas Indonesia.

Apa Tanggapan Anda ?