Siedoo, Mahasiswa Yogyakarta membuat sebuah aplikasi kesehatan mental yang berfokus pada penanganan post traumatic stressed disorder (PTSD). Sebelum pembuatan, mahasiswa melakukan survey dan mendapati bahwa masih banyak orang yang susah untuk bercerita perihal masalah pribadi karena takut direndahkan atau dijadikan bahan omongan. Dari hal itu, mahasiswa meyakini bahwa trauma yang tidak diobati akan mengakibatkan dampak yang lebih serius.
“Dalam pengembangan aplikasi ini kami bekerjasama dengan tiga orang psikolog yang sudah berpengalaman dalam menangani PTSD. Aplikasi ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dan masyarakat Indonesia dalam menangani trauma yang dihadapi, maupun yang memiliki kendala dalam kesehatan mental,” kata Jesslyn Septhia, salah satu mahasiswa Prodi Informatika UKDW Yogyakarta.
Ia membuat inovasi itu bersama dengan timnya. Yaitu, Hezkiel Rivaldo Siregar, Ebentera Santosa, Desendo Imanuel, Nafarel Triyoga Maskuncoro, dan Stevani Dwi Utomo. Aplikasi itu dibuat setelah keenam mahasiswa berhasil menyelesaikan Program Bangkit.
Program Bangkit 2021 terselenggara atas kerja sama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia dengan beberapa perusahaan besar di Indonesia seperti Google, Gojek, Tokopedia, dan Traveloka. Program ini merupakan salah satu upaya untuk mendorong kampus dalam penerapan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Mahasiswa bisa terjun langsung ke lapangan yang dipandu oleh mentor dari berbagai perusahaan yang kompeten di bidangnya.
Sesuai dengan konsep dari Program Bangkit, keenam mahasiswa tersebut bisa mendapatkan konversi mata kuliah maksimal 20 SKS. Peserta-peserta terbaik akan mendapat kesempatan untuk mengikuti program University Innovation Fellow dari Stanford University.
Jesslyn menuturkan salah satu keuntungan ikut Program Bangkit adalah mendapatkan peluang bekerja di perusahaan terkemuka di Indonesia. Dalam program ini, Jesslyn mengambil materi machine learning, dimana dia belajar lebih jauh mengenai penggunaan Tensorflow dan bahasa pemrograman Python.
Dalam Program Bangkit, sekitar 3.000 mahasiswa yang terseleksi mengikuti pengalaman belajar selama kurang lebih 18 minggu. Dimulai pada Februari 2021 dan berakhir Juni 2021.
Tahun ini, Program Bangkit menawarkan tiga track di dalamnya yaitu Machine Learning, Android Development, dan Cloud Computing. Selain mengasah kemampuan softskill, para mahasiswa yang ikut program ini juga mendapatkan kesempatan untuk mengikuti ujian sertifikasi dari masing-masing track yaitu Tensorflow Developer Certificate, Associate Android Developer Certification, dan Associate Cloud Engineer Certification.
“Tentu saya menemui kendala dalam mengikuti program ini, terutama masalah waktu. Kami dituntut untuk menyelesaikan course yang diberikan dalam waktu sebulan, padahal seharusnya dikerjakan dalam waktu setahun,” ungkapnya.
Hal ini tentu membutuhkan tanggung jawab yang lebih besar, terlebih dalam menyelesaikan proyek akhir. Karena tim mahasiswa berasal dari berbagai daerah dan universitas, maka harus bisa membagi waktu dengan baik. Mengingat ada deadline waktu pengumpulan tugas.
“Terlebih sebagai ketua tim, saya harus bisa menciptakan atmosphere yang kondusif agar teman-teman yang terlibat bisa berbaur dengan baik dan tidak merasa canggung,” jelasnya. (*)