Siedoo, Tingginya penggunaan kendaraan bermotor di Indonesia menjadi penyumbang terbesar pada buruknya kualitas udara di beberapa kota besar di Indonesia. Tidak hanya menimbulkan polusi udara, emisi kendaraan bermotor seperti karbondioksida (CO2) juga berdampak pada perubahan iklim.
“Dari permasalahan tersebut kami berusaha mencari solusi untuk mengurangi gas buang kendaraan yang berbahaya bagi lingkungan,” jelas Ardi Lukman Hakim, ketua tim mahasiswa dari Departemen Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur.
Berangkat dari permasalahan itu, para mahasiswa menggagas bahan kimia sintetis yang mampu mereduksi gas buang kendaraan bermotor, dengan memanfaatkan katalis NiMo/Zeolit-Y hierarki yang mampu mereduksi emisi kendaraan secara optimal. Untuk diketahui, polusi yang disebabkan oleh banyaknya kendaraan bermotor terus meningkat, terutama di kota-kota besar.
Bersama kedua rekannya yang juga mahasiswa angkatan 2020 yakni Fifi Risma Mailani Farikhah dan Novia Nurul Hidayah, tim ini telah berhasil meraih medali emas dalam kompetisi karya tulis ilmiah kategori health and environment yang diselenggarakan oleh Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya. Tim yang dibimbing oleh Mashuri SSi MT ini mengusung idenya dalam karya tulis bertajuk Pereduksi Gas Buang Motor Katalis Nimo/Zelolit-Y Hierarki Sintetis dan Fabrikasi.
Pada tahapan awal, batuan zeolit disintetis terlebih dahulu, lalu disintetis lagi dengan katalis NiMo. Merujuk pada penelitian terdahulu, zeolit hanya dapat bekerja bila disintesis bersama zat yang bisa menjadi katalisnya salah satunya ialah NiMo.
Hasil dari sintetis zeolit dan NiMo tersebut menghasilkan NiMo/Zeolit-Y hierarki dengan tiga konsentrasi yaitu konsentrasi 0,125 M, 0,25 M, dan 0,5 M. Ardi menuturkan bahwa hasil dari sintetis ini akan dikarakterisasi untuk mengetahui lebih lanjut apakah bahan sintetis tersebut sudah terkatalis sempurna dan dapat digunakan.
“Katalis komposit yang paling ideal ialah pada konsentrasi 0,25M,” ujar mahasiswa asal Madiun ini.
Ardi menjelaskan bahwa konsentrasi yang dianggap paling ideal ini akan dilakukan tahap uji emisi. Pada tahap uji emisi ini katalis akan diimpregnasi dahulu dengan tiga varaibel waktu, yaitu 5 jam, 10 jam, dan 15 jam. Hasil dari impregnasi ini akan ditinjau luas permukaan, volume pori, dan diameter pori dari katalis tersebut.
Utamanya tahap uji emisi dilakukan uji coba apakah katalis mampu mereduksi gas emisi berbahaya. Berdasarkan hasil konversi CO dan Hidrokarbon (HC), katalis NiMo/Zeolit-Y hierarki dengan waktu impregnasi 10 jam lah yang paling optimal, di mana terjadi proses oksidasi CO dan HC akibat kerja katalis NiMo.
“Hasil impregnasi 10 jam juga memiliki luas permukaan dan volume pori tidak terlalu besar sehingga cocok digunakan memfilter gas emisi,” tambahnya.
Dijelaskan bahwa, gagasan ini memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menambah variabel uji agar hasil lebih optimal dan valid. Pemuda kelahiran 2002 ini berharap bahwa gagasan timnya ini dapat diteliti lebih lanjut dengan pendanaan dan sarana prasarana yang memadai.
“Saya berharap gagasan ini tidak hanya sekadar ide, namun dapat diteliti lebih dalam dan memberikan keluaran yang bermanfaat bagi bangsa Indonesia,” urainya. (*)