MAGELANG – Saat ini, Complementary and Alternative Medicine (CAM) menjadi salah satu trend di antara fenomena-fenomena terapi yang lain. Seperti terapi konvensional dengan ramuan atau terapi herbal, akupunktur maupun bekam. Di beberapa Rumah Sakit di Indonesia, terapi komplementer sudah mulai diterapkan sebagai terapi penunjang atau sebagai terapi pengganti bagi pasien yang menolak pengobatan konvensional.
Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA) yang salah satu visinya unggul di bidang terapi komplementer, menyelenggarakan webinar internasional “Keperawatan Terapi Komplementer”. Acara secara virtual ini dihadiri oleh dosen, mahasiswa, alumni Keperawatan UNIMMA dan mahasiswa National Taipei University of Nursing and Health Sciences (NTUNHS) Taiwan, Sabtu (5/12/2020).
Ns. Sumarno Adi Subrata, M.Kep., PhD, Ketua Panitia acara mengatakan bahwa masyarakat luas saat ini mulai beralih dari pengobatan modern (medis) ke terapi komplementer. Meskipun pengobatan modern juga sangat populer diperbincangkan di kalangan masyarakat.
“Webinar kali ini bertujuan untuk memahami pembaruan implementasi terapi komplementer dalam keperawatan,” ujar Adi.
Dalam webinar tersebut dihadirkan tiga keynote speaker, yaitu Tsae-Jyy (Tiffany) Wang, Ph.D., R.N., APRN dari National Taipei University of Nursing and Health Science, Taiwan. Kemudian Dr. Heni Setyowati ER.,S.Kp., M.Kes, Dekan FIKES UNIMMA dan Ns. Sodiq Kamal, S.Kep., M.Sc, Dosen FIKES UNIMMA.
Prof Wang dalam materinya memaparkan tentang terapi komplementer yang popular di Taiwan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Disarankan, bahwa CAM, curcumin, dan polyphenolic compound yang diekstraksi dari rempah-rempah dan kunyit dapat meningkatkan respon antibodi meskipun dalam dosis rendah.
“Curcumin memiliki potensi tinggi untuk digunakan sebagai obat anti-influenza karena dapat mengatur pertumbuhan dan respon sel kekebalan yang berbeda,” jelas Prof Wang.
Sementara itu, Dr. Heni memaparkan tentang ‘Chromopressure Sebagai Terapi Komplementer Mengatasi Kelelahan Kerja’. Penerapan terapi komplementer dalam keperawatan perlu mengacu kembali pada teori-teori yang mendasari praktik keperawatan.
“Terapi komplementer juga meningkatkan kemungkinan perawat untuk menunjukan kepedulian kepada klien,” jelas Dr. Heni.
Di akhir sesi, Ns Sodiq memaparkan tentang Exercise Therapy For Diabetic Foot Ulcer Care. (Siedoo)