SURABAYA – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil tingkatkan pamornya di kancah internasional. Dalam pemeringkatan Quacquarelli Symonds (QS) Asia University Rankings (QS AUR) 2021 yang dirilis, Rabu (25/11) lalu, ITS sukses tingkatkan peringkatnya.
Diumumkan secara virtual berbarengan dengan QS APPLE Conference, pemeringkatan QS AUR 2021 yang dilakukan dengan menampilkan 650 perguruan tinggi di Asia tersebut menyatakan bahwa ITS berhasil duduk peringkat 164. Posisi tersebut naik 34 peringkat jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Manajer Senior Urusan World Class University ITS Rulli Pratiwi Setiawan ST MSc PhD menyatakan, terdapat 11 indikator yang menjadi aspek utama QS AUR tahun ini, yakni academic reputation, employer reputation, faculty/student ratio, international research network, citations per paper, papers per faculty, staff with a PhD, proportion of international faculty, proportion of international students, proportion of inbound exchange students, dan proportion of outbound exchange students.
Rulli melanjutkan, tiap indikator memiliki bobot penilaian yang berbeda. Indikator academic reputation misalnya, memiliki persentase paling besar yakni sebanyak 30 persen.
“Persentase paling kecil ialah proportion of international faculty, proportion of international students, proportion of inbound exchange students dan proportion of outbound exchange students sebesar 2,5 persen,” imbuh Rulli.
Untuk pencapaian per indikator dari nilai maksimal 100, ITS sendiri berhasil mendapat nilai 23,76 pada indikator academic reputation, nilai 42,64 pada indikator employer reputation, nilai 44,07 pada indikator faculty student, dan juga nilai 92,67 pada indikator international faculty.
ITS juga raih nilai 20,33 pada indikator international students, nilai 1 pada indikator faculty staff with a PhD, nilai 11,52 pada indikator papers per faculty, nilai 1,17 pada indikator citations per paper dan nilai 100 pada indikator outbound exchange.
“Nilai-nilai dari indikator tersebut dihitung dan dirata-rata sesuai dengan persentase tiap indikator, hasilnya ITS berhasil capai nilai keseluruhan sebesar 30,02,” paparnya.
Menanggapi pencapaian ini, Rulli mengaku senang dengan apa yang diperoleh ITS. Pasalnya, ITS berhasil cetak nilai yang tergolong tinggi pada beberapa indikator.
“Bahkan pada indikator Outbound Exchange Student, ITS berhasil raih skor maksimum yakni 100,” ungkap dosen Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) ini dengan bangga.
Namun di sisi lain, lanjut Rulli, masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dibenahi. ITS masih memiliki nilai yang rendah untuk beberapa kategori, di antaranya Academic Reputation, Citations per Paper maupun Staff with a PhD.
“Indikator Citations per Paper untuk universitas-universitas di Indonesia memang tergolong rendah, sayangnya nilai ITS sendiri masih mengalami penurunan dari tahun ke tahun,” aku perempuan asal Surabaya ini.
Bagi Rulli, salah satu tantangan yang harus dihadapi ITS untuk menuju universitas kelas dunia ialah untuk terus meningkatkan publikasi berkualitas yang memberi dampak.
“Bukan soal banyaknya publikasi saja, namun bagaimana publikasi tersebut juga dapat meningkatkan sitasi,” ujarnya.
Untuk mendukung hal ini, Rulli menegaskan bahwa diperlukan kerja sama dari berbagai pihak. Tidak hanya Direktorat Kemitraan Global (DKG), namun juga Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) serta direktorat-direktorat lain, departemen, serta dukungan dari para dosen sendiri.
Berharap untuk dapat terus mempertahankan dan meningkatkan capaian ITS, perempuan yang juga alumnus ITS ini menyampaikan, membangun jejaring riset di level internasional adalah hal yang perlu ditingkatkan.
Menjawab tantangan tersebut, Rulli berpendapat bahwa menjadikan riset sebagai budaya dan juga publikasi di jurnal-jurnal internasional bereputasi juga merupakan batu pijakan bagi ITS untuk melangkah maju.
”Untuk itu, kita perlu terus berbenah dan melangkah secara konsisten,” pungkasnya. (Siedoo)