JUARA. Ahmat Yulianto, mahasiswa Statistika ITS dengan website program Gerdunas hasil inovasinya, peraih juara 3 Lomba Essay ENECO 2020. (foto: ist)
Siedoo.com - JUARA. Ahmat Yulianto, mahasiswa Statistika ITS dengan website program Gerdunas hasil inovasinya, peraih juara 3 Lomba Essay ENECO 2020. (foto: ist)
Tokoh

Ahmat Sabet Juara di Economic National Essay Competition 2020

Siedoo, Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Ahmat Yulianto, menuangkan idenya hingga meraih juara III dalam kompetisi Economic National Essay Competition (ENECO). Kompetisi tersebut diadakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) di Wonosobo, awal September lalu.

Bertemakan Peran Mahasiswa Terhadap Rekonstruksi Pembangunan Ekonomi Pasca Pandemi, Ahmat membawakan essay berjudul Program Gerdunas (Gerakan Digitalisasi UMKM Nasional) untuk mengatasi permasalahan ekonomi masyarakat di tengah pandemi.

Menurutnya, hal ini dikarenakan kebijakan di masa pandemi ini sangat berdampak luas terhadap Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

“Bisa kita amati, semenjak pandemi, pendapatan UMKM jadi berkurang,” ujar pemuda asal Wonogiri ini.

Di samping itu, berdasar risetnya, Ahmat menjelaskan bahwa UMKM sebenarnya merupakan sektor ekonomi yang dapat menyerap tenaga kerja paling banyak dibanding sektor lainnya. Hanya saja, banyak pelaku UMKM yang masih belum mengenal digital marketing.

“Padahal jika mereka (pelaku UMKM, red) mengerti digital marketing, pendapatannya akan jauh lebih meningkat,”  jelas mahasiswa Departemen Statistika ITS ini.

Karenanya, sambung Ahmat, program Gerdunas ini menjadi salah satu solusi atas turunnya pendapatan pelaku UMKM. Dalam program ini, kerja sama berbagai pihak dibutuhkan, yakni seperti para mahasiswa, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM), serta para pelaku UMKM sebagai sasaran utamanya.

“Masing-masing elemen ini memiliki perannya masing-masing,” tambah mahasiswa kelahiran tahun 2000 ini.

Untuk Kemenaker dan Kemenkop UKM, keduanya bekerja sama dalam hal persiapan dan sosialisasi program kepada masyarakat, baik secara langsung atau tidak. Selain itu, kedua kementerian tersebut juga berkoordinasi dengan baik satu sama lain, mempersiapkan tempat, mendata para pelaku UMKM yang akan mengikuti pelatihan, serta mengawasi jalannya program Gerdunas ini.

Baca Juga :  Gaganawati Stegmann, Kenalkan Tari Indonesia di 11 Negara

Sedangkan peran mahasiswa selaku perwakilan universitas, lanjut Ahmat, yakni mensosialisasikan di wilayah sekitar kampus sebagai elemen pelatih, serta mengawasi jalannya program Gerdunas ini.

“Mahasiswa yang telah dilatih terlebih dahulu, menjadi elemen utama dalam pelatihan ini. Untuk itu, bisa juga dimasukkan dalam program KKN (Kuliah Kerja Nyata) kampus,” paparnya.

Dalam program ini, jelas Ahmat, terbagi menjadi tiga level pelatihan, yakni level pemula, mampu dan cakap. Level pemula ditujukan untuk pelaku UMKM yang sama sekali belum mengenal dasar-dasar komputer, sedangkan level mampu ditujukan untuk pelaku UMKM yang mengenal komputer, namun belum mengenal digital marketing.

“Adapun level cakap merupakan lanjutan bagi yang telah menjalani level mampu,” tuturnya.

Lebih jelasnya, tambah Ahmat, pada level pemula, pelaku UMKM akan dikenalkan dengan berbagai perangkat lunak (software) dasar komputer, serta media sosial yang bisa dimanfaatkan. Pelatihan pembuatan website, google ads, copywriting, buyer persona, serta content marketing akan diajarkan pada level mampu. Sedangkan pada level cakap akan diajarkan tentang Search Engine Marketing (SEM), Search Engine Optimization (SEO), Pay Per Click (PPC) dan lain sebagainya.

Untuk lebih mudah perealisasian program Gerdunas, Ahmat mendesain website khusus untuk program ini nantinya. Dalam website ini, tersedia tiga menu, yakni menu donasi, menu pencalonan wilayah bimbingan, dan menu daerah terbimbing.

“Lewat website itu, masyarakat dapat berdonasi untuk program ini, merekomendasikan wilayah bimbingan baru, serta melihat daerah yang telah dibimbing,” ujarnya.

Berkat inovasinya yang dinilai oleh juri memiliki kebermanfaatan yang besar dan tergolong realistis ini, Ahmat berhasil menyabet juara ketiga, menyisihkan 152 mahasiswa lainnya dalam kompetisi ENECO ini. Dirinya berharap agar prestasi ini dapat menjadi inspirasi, menambah wawasan dalam dunia keilmiahan, baik dalam essay, karya tulis dan lain sebagainya.

Baca Juga :  Mengenal Sosok Yan Yan, Doktor Batik Sunda Pertama di Dunia

“Semoga bisa memicu lagi semangat saya dan orang lain untuk terus berinovasi,” pungkasnya. (*)

Apa Tanggapan Anda ?