JAKARTA – Ketidakpastian pulihnya dunia akibat pandemi Covid-19 menjadi salah satu tantangan bagi sektor pendidikan. Termasuk dalam memberikan kesempatan bagi murid untuk mengenal dan memperkenalkan budaya melalui program pertukaran pelajar. Dalam kondisi saat ini, banyak sekolah di Indonesia memutuskan pembatalan dan atau penundaan kegiatan pertukaran pelajar bagi murid tingkat Sekolah Menengah Atas.
Sekolah Cikal dalam hal ini juga memutuskan menunda keberangkatan program pertukaran pelajar bersama dengan Itsukaichi High School, Jepang. Namun Sekolah Cikal dalam hal ini telah berhasil membuat dan menjalankan kegiatan program pertukaran pelajar dan budaya secara daring. Yaitu berupa Cultural Exchange Program (CEP) bagi kelas 10 dengan Itsukaichi High School, Jepang selama dua minggu.
Hal itu terwujud karena komitmen Sekolah Cikal dalam mengedepankan pengembangan kompetensi dan karakter. Serta semangat menjangkau pendidikan tanpa batas, dan penggunaan teknologi yang terintegrasi.
Kolaborasi pengenalan budaya
Menurut mentor pelaksanaan CEP, Elza Lidwina Umboh, sebelum pandemi Sekolah Cikal dan Itsukaichi High School telah berkolaborasi dan bersiap melakukan program pertukaran budaya bagi murid tingkat Sekolah Menengah (Middle Year Program).
“Namun, karena pandemi ini murid Itsukaichi High School menunda kedatangan ke Indonesia, begitupun murid Cikal ke Jepang,” tutur mentor yang akrab dipanggil Ibu Keke ini.
Mrs. Miyul Hong, guru di Itsukaichi High School, Jepang, menuturkan bahwa bermula dari kerjasama guru Cikal dan Itsukaichi High School, program CEP secara daring ini merupakan kesempatan bagi murid untuk saling membangun kolaborasi dan komunikasi antarbudaya. Selain itu, murid-murid juga dapat bertukar pikiran mengenai Online Learning selama pandemi di sekolah masing-masing.
Uniknya, dalam setiap pertemuan daring, murid-murid Cikal dan Itsukaichi High School tidak hanya membahas proses jalannya pendidikan. Dari berdiskusi mengenai Covid-19, hingga pariwisata yang mencakup resep makanan khas dari dua negara.
Program bersejarah bagi murid
Dalam praktiknya, kegiatan pertukaran pelajar secara daring ini menjadi kenangan tersendiri bagi murid kelas 10 Sekolah Cikal Setu dan murid dari Itsukaichi High School. Untuk pertama kalinya, mereka memperkenalkan budaya Indonesia dari rumah masing-masing.
Thalitha Izza, murid kelas 10 Sekolah Cikal Setu, menuturkan bahwa pertukaran pelajar daring ini merupakan hal baru. Hal itu yang membuat dirinya antusias untuk memahami kondisi negara lain selain Indonesia. Selain itu ia juga bersemangat untuk membangun koneksi pertemanan.
Murid lain, Maizan, menyatakan bahwa pelaksanaan CEP daring ini membuktikan bahwa dalam berbagai kondisi, program pertukaran budaya di antara pelajar tetap dapat dilakukan. Meski dalam masa pendemi ini mereka tidak dapat berjumpa secara langsung.
Di akhir, Ibu Keke memberikan pernyataan bahwa ke depan Sekolah Cikal dan Itsukaichi High School akan memperluas kolaborasi, tak hanya bagi murid, tapi juga guru.
“Kita sudah berencana untuk memperluas kolaborasi yang kita lakukan kedepannya. Kita akan mencoba kolaborasi ini tak hanya dengan murid tapi juga dengan guru,” tutupnya. (Siedoo)