MAGELANG – Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Kota Magelang Jawa Tengah, meneguhkan skill siswanya sebagai lulusan yang siap kerja. Salah satunya dengan menggembleng siswa jurusan OTKP (Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran) melalui pra UKK (Ujian Kompetensi Keahlian).
“Soal yang diujikan mengacu kepada SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Saat ini pembekalannya tidak di kelas, termasuk sosialisasi apa saja yang akan dikerjakan oleh siswa dilaksanakan di laboratorium,” kata Ketua Jurusan OTKP SMKN 2 Magelang, Dra. Erna Listiyawati, Senin (2/3/2020).
Hal ini merupakan latihan dan tujuannya agar siswa tidak kaget, karena berbeda dengan tahun sebelumnya. Hasil nilai siswa dari kegiatan tersebut. Nantinya, akan dievaluasi sebagai bahan untuk menentukan langkah selanjutnya kepada siswa.
Beberapa yang diujikan seperti kecepatan mengetik, mengerjakan surat berbahasa Indonesia dan Inggris sampai ke pengiriman suratnya, arsip, mengelola kas kecil, mengelola agenda kegiatan pimpinan dan membuat presentasi menggunakan power point. Selain itu, siswa juga diuji ketika menerima telepon menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris.
“Kalau untuk siswa tidak hanya menghadapi uji kompetensi saja, ada juga ujian nasional dan USBN. Jadi kita coba memberikan semua materinya, tetapi porsinya tidak sebanyak saat uji kompetensi,” jelasnya.
Salah satu Assessor SMKN 2 Magelang Dra. Tri Sulistiowati mengatakan, dirinya berperan untuk membandingkan antara bukti unjuk kerja siswa dengan SKKNI yang ada. Melalui bukti dan unjuk kerja yang dilakukan siswa, datanya akan dibandingkan dengan standar yang sudah ada.
“Apabila standar minimalnya siswa atau assessi ini sudah masuk, melalui data dan prosedur lembaran yang dikeluarkan oleh BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) itu kita isi sesuai data yang dimiliki anak, beserta lampiran bukti-buktinya,” kata Tri.
Sebagai assessor juga harus memiliki kemampuan manajemen assessment, mulai dari membuat materi uji kompetensi yang harus melalui tahapan uji coba. Hal tersebut untuk mengukur dari sekian pekerjaan dengan waktu yang sudah diberikan.
“Misalnya kalau untuk membuat satu surat sampai siap untuk didistribusikan, waktunya dua puluh menit. Pembuatan dokumen lain seperti laporan keuangan, waktu minimal selesainya tiga puluh menit. Minimal tiga puluh menit untuk mengarsip minimal sepuluh surat. Kalau tidak memenuhi syarat kecepatan pekerjaan, hasil portofolionya mesti ada yang kurang,” tutur sosok yang juga Ketua Skema SMKN 2 Magelang tersebut.
Sedangkan untuk membuat presentasi, menggunakan kriteria ukuran dari jumlah slide, isi slide dan lembaran print out yang dicetak. Kondisi jaringan internet juga harus diperhatikan, karena menjadi hal penting dalam proses pengiriman surat elektronik dan searching data. (Siedoo)