SURABAYA – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil memborong seluruh juara kategori pemula pada final Kompetisi Desain Produk dan Kriya 3D Printing yang digelar Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jawa Timur (Jatim) di Geco Co-Working Space Surabaya, belakangan ini.
Kompetisi tersebut bertema Kebersiapan Pemuda/Pemudi Jawa Timur Menghadapi Era 4.0 dengan Teknologi Cetak 3D. Inovasi yang diusung peserta dari ITS pun terbilang sesuai kriteria penilaian dalam kompetisi. Yakni, kreativitas dan inovasi, kualitas presentasi desain, kualitas produk yang dicetak 3D dan tingkat efisiensi biaya yang dikeluarkan.
Semua peserta pada kompetisi ini dinilai sangat bagus dalam ide dan kreativitas, presentasi karya, serta kualitas produk dan tingkat efisiensi.
“Mahasiswa ITS unggul dalam kesesuaian dengan tema kompetisi ini yang menyasar generasi milenial,” tutur Djoko Kuswanto ST MBiotech, salah satu juri pada kompetisi tersebut.
Peraih juara pertama, Vaya Herlina, mengusung inovasi produk berupa tas jinjing yang bagian depan dan belakang dapat dibongkar pasang. Hal tersebut bertujuan agar pengguna dapat mengganti warna motif sesuai keinginan.
Produk yang memiliki motif 3D ini dilatarbelakangi oleh fakta bahwa perempuan sekarang, khususnya milenial gemar gonta-ganti tas dengan alasan bosan dan mengikuti tren fesyen.
“Pembuatan produk yang bernama Aurora ini terinspirasi dari motif suku Dayak di Kalimantan,” ungkap mahasiswa Departemen Desain Produk (Despro) ITS ini.
Lalu, Tim Pergelangan dari ITS yang mendapat juara kedua, berinovasi dengan produknya yakni jam tangan ramah lingkungan berdesain futuristik. Disebut ramah lingkungan karena menggunakan bahan dari filamen polimer yang terbuat dari limbah plastik. Karena itu, produk ini dapat mengurangi pencemaran lingkungan sehingga tergolong eco-watch.
“Produk yang kami namakan Pergelangan ini tidak kalah eye-catching bila disandingkan dengan jam tangan konvensional pada umumnya. Jam tangan ini juga telah menggunakan magnet untuk sistem penguncinya, sehingga lebih mudah dan ekonomis,” jelas perwakilan tim, Ghalib Abyan, mahasiswa Teknik Material ITS.
Sedangkan, Surya Pusparina, melalui karyanya yang bernama Zhuchi berhasil meraih juara ketiga. Produk berupa perabot dekorasi rumah ini menggabungkan fungsi antara lampu hias dengan pot tanaman. Zhuchi yang menerapkan pattern khas daerah ini tercipta karena maraknya tren minimalis yang berkonsep Simple and Authentic.
“Konsep simple ini saya fokuskan pada operasional produk, sedangkan konsep authentic ini saya terapkan untuk memamerkan budaya daerah,” papar mahasiswa Despro ITS itu.
Menurut Djoko Kuswanto, masing-masing juara kategori pemula kompetisi tersebut sudah paham tentang karakteristik printer 3D yang membutuhkan skill 3D modelling.
“Untuk juara satu dan dua yang membuat clutch dan jam tangan itu sangat sesuai untuk kaum milenial, begitu pula peraih juara tiga sangat sesuai dengan gaya hidup saat ini, yakni dekorasi rumah yang kekinian,” tuturnya.
Melihat capaian mengagumkan dari mahasiswa ITS tersebut, Djoko yang juga dosen Departemen Desain Produk ITS ini mengungkapkan bahwa sudah sepatutnya mahasiswa ITS mendapat juara sebagai barometer desain produk dan aplikasi printer 3D di Indonesia.
“Hal ini menunjukkan bahwa ITS dapat menjadi salah satu unggulan untuk berperan aktif, sekaligus menjadi pemain penting dalam penerapan industri 4.0 di Indonesia,” pungkasnya. (Siedoo)