MAGELANG – Para mahasiswa diajak untuk kembali melestarikan obat-obatan dari alam. Khususnya mahasiswa jurusan farmasi, mengingat obat-obatan non alami saat ini masih ada.
“Di dunia pengobatan yang paling banyak digunakan adalah pijit, alkupuntur, meditasi dan herbal,” kata dosen Farmasi Universitas Muhammadiyah (UM) Magelang Tiara Mega Kusuma, M.Sc., Apt.
Ia menyampaikan itu saat Seminar Nasional di Aula Fikes Universitas Muhammadiyah (UM) Magelang, dengan tema “Implementation of Pharmacogenetics in Pharmacotherapy”. Acara itu dihadiri 150 peserta, terdiri dari mahasiswa D3 dan S1 Farmasi UM Magelang, beberapa dosen, perwakilan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Farmasi di wilayah Magelang, Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Kabupaten dan Kota Magelang, Akademisi UAD Yogyakarta, Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) Kabupaten dan Kota Magelang. Selain itu, Praktisi Apotek, Rumah Sakit, Puskesmas di wilayah Magelang, Temanggung, serta Semarang.
Selain Tiara, narasumber lainnya Prof. Bob Wilffret dari Belanda dan Setiyo Budi Santoso, M. Farm., Apt. Seminar nasional ini acara tahunan yang mendatangkan narasumber yang berkompeten dan berkualitas. Kali ini menghadirkan Prof. Dr. Bob Wilffret dari Univesity of Groningen, Belanda yang fokus pada Farmakogenomik.
Dalam pemaparan yang disampaikan dalam Bahasa Inggris, Prof. Dr. Bob Wilffret menjelaskan, Farmakogenomik (pharmacogenetics) adalah bidang penelitian yang difokuskan pada pemahaman bagaimana gen mempengaruhi respon individu terhadap obat. Tujuan jangka panjang pada farmakogenomik untuk membantu dokter memilih obat dan dosis yang paling cocok untuk setiap individu. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan kekreatifitasan obat.
“Kondisi riil saat ini, praktek klinik yang menggunakan informasi farmakogenetik masih jauh dari pelaksanaan. Bahkan di negara maju sekalipun,” jelasnya.
Namun demikian, terkadang kemajuan teknologi kesehatan dapat terjadi jauh lebih cepat dari yang diperkirakan. Maka bukan tidak mungkin aplikasi serupa sudah ada di depan mata.
“Kalaupun belum dapat diaplikasikan, pengetahuan ini sangat penting untuk dapat menjelaskan berbagai fenomena dalam masalah pengobatan,” urainya.
Bob juga menyarankan agar farmasi sebaiknya memiliki akses untuk mendapatkan informasi genetik pasien. Itu untuk bisa memberikan pelayanan kefarmasian secara individual sebelum mereka menyiapkan resep.
Sedangkan narasumber lain, Setyo menekankan pada aplikasi herbal. Menurutnya dalam pendayagunaan obat alam ada beberapa faktor yang mendukung kecenderungan global untuk kembali menggunakan bahan-bahan alami sebagai terapi. Seperti harga obat sintetis mahal, efek samping obat sintetis, teknologi sediaan obat alam, dan faktor promosi. Para peserta diajak untuk lebih melestarikan kembali obat-obat dari alam.