Siedoo, Kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mau tidak mau harus kita support, baik penghapusan UN (Ujian Nasional) yang akan direalisasikan pada tahun 2021 maupun program “Merdeka Belajar”. Mendikbud baru ini punya visi kedepan yang luar biasa.
Selama ini, bisa dibilang, kebijakan pemerintah di dalam dunia pendididikan tergolong monoton. Mendikbud Nadiem punya terobosan-terobosan. Saya pikir tidak ada salahnya kita mengapresiasi.
Dilaksanakannya Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter sebagai pengganti UN, tentu harus dipersiapkan dengan baik. Kami harus mendukung keputusan menteri, keputusan presiden. Pemerintah daerah tinggal melaksanakannya.
Mendikbud yang memiliki usia relatif muda di “Kabinet Indonesia Maju” tersebut memiliki pemikiran di luar kebiasaan, out of the box. Ini bagus. Apalagi di negara-negara maju sudah lari terlebih dahulu.
Kalau di Indonesia masih stagnan, dari dulu sampai sekarang hasilnya seperti ini. Kebijakan tersebut wajib dicoba. Mendikbud Nadiem punya kebijakan milenial. Yang mungkin periode 10 tahun sampai 20 tahun kedepan akan menjadi trend.
Dihapusnya UN, mau tidak mau harus dilaksanakan, harus disiapkan. Hasil pendidikan tidak dinikmati satu atau dua tahun nanti. Cita-cita Indonesia, mempersiapkan SDM unggul. Persiapannya ya sekarang, belum ada kata terlambat, harus mengikuti perkembangan zaman. Apakah siswanya akan siap dengan kebijakan itu? Siap-tidak siap harus diikuti.
Terkait dengan masuknya siswa ke jenjang sekolah pada Penerimaan Pendaftaran Siswa Baru (PPDB) dengan sistem zonasi, baik lewat jalur prestasi, jalur kewilayahan dan lainnya harus diimbangi dengan startegi pembelajar secara keilmuan, secara kedewasaan anak-anak dipersiapkan dengan matang.
Yang perlu digaris bawahi bapak ibu guru di sekolah itu tidak hanya mengajar, tapi mendidik. Mempersiapkan mental anak-anak, siap terhadap segala sesuatu, mesti itu perubahan besar.
Tugas guru mempersiapkan anak didik di era keterbukaan ini. Siap terhadap apa yang akan terjadi. Karenanya, guru jangan lagi dibebani dengan persoalan administrasi yang menumpuk. Harus ada tenaga khusus yang menangani administrasi, IT harus dimaksimalkan.
Tenaga tersebut bisa mengurus BOS, BOSDA secara maksimal. Sekali lagi, perkara administrasi jangan lagi menjadi beban guru. Ingat, bapak ibu guru harus konsen mendidik. Sekarang metode diubah, anak-anak berinovasi, guru mengarahkan, memfasilitasi.
Kita tahu bahwa anggaran untuk pendidikan 20 persen baik dari APBN maupun dari APBD. Tapi ini dirasa masih kurang. Pemerintah di bawah kepemimpinan Joko Widodo menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dengan jumlah yang besar, maka anggaran pun juga perlu ditingkatkan.
Dengan adanya pendidikan gratis di jenjang SD hingga SMA, terus adanya KIP Kuliah, tidak ada alasan bagi anak yang tidak mampu secara ekonomi untuk tidak melanjutkan sekolah atau pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
Kota Magelang sebagai Kota Jasa, pendidikan kita berkembang. Kita mengutamakan SDM. Utamanya, dari tenaga pendidik atau guru, seperti adanya guru yang sudah tersertifikasi.
Sekarang ini SMA atau SMK sudah dibawah koordinasi pemerintah provinsi, tetapi kalau pemerintah kota punya gawe terkait pendidikan, pengawas sekolah tetap kita undang, MGPM tetap kita monitor, kemampuan guru harus maksimal.
Salah satu guru di SMP Negeri 7 Kota Magelang ada yang sudah bergelar doktor. Kini yang bersangkutan sudah dimutasi dan menjadi kepala SMP Negeri 9. Usianya relatif masih muda. Di tempat yang baru akan memimpin senior-senior. Ini artinya, kita memaksimalkan potensi SDM yang ada. Ini bisa menjadi motivasi yang lain untuk meningkatkan kompetensinya.
Kita tidak khawatir dengan SDM di tenaga pendidik. Rata-rata sudah menempuh pendidikan S2. Kota Magelang benar-benar menekankan SDM dari segi pendidikannya. Orang yang memiliki pendidikan tinggi bisa mewarnai dunia pendidikan.
Untuk menampung maupun meningkatkan kreasi dan inovasi siswa, di Kota Magelang, rutin tiap tahun digelar Krenova (Kreativitas dan Inovasi Masyarakat). Misalnya ada lomba roket air. Bahkan, sebagai bukti berprestasi di bidang pendidikan, salah satu siswa dari SMP Negeri 13 menjadi Siswa Teladan di tingkat nasional. Ini sekolah tidak populer, sekolah pinggiran malah menjadi teladan.
Tentunya, bapak ibu guru agar terus mendorong siswanya. Tiap sekolah punya kesempatan yang sama untuk memunculkan prestasi-pretasi siswa. Terlebih dengan adanya zonasi, penyebaran siswa dengan berbagai kemampuannya cenderung sama. Tinggal bagaimana nantinya gurunya menggali dan memacu potensi dan bakat dari siswa. Kita tunggu. Indonesia jangan sampai tertinggal dengan negara lain. Kita kejar! (*)
Wakil Walikota Magelang
Dra. Windarti Agustina
(Disarikan dari wawancara tim siedoo.com)