JAKARTA – Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian berpesan, guru-guru perlu melakukan inovasi dalam memberikan pembelajaran agar pesan yang disampaikan di kelas tetap relevan dan mudah diterima. Hal itu menyusul seiring perkembangan era teknologi dan mudahnya mengakses informasi seperti saat ini.
“Apa-apa kan saat ini dapat diakses di internet, makanya guru harus lebih kreatif dalam memberikan pemberlajaran di dalam kelas,” katanya dilansir dari dpr.go.id.
Dimisalkan, ketika mengajar terkait sejarah kemerdekaan, guru harus mampu mengemas itu menjadi narasi yang menarik. Sehingga pesan-pesan moral yang dikandung dalam proses kemerdekaan dapat dipahami para pelajar.
Selain itu, ruang diskusi dalam kelas perlu digalakkan, sehingga generasi muda nanti akan menjadi anak yang aktif dan dapat beragumen dengan baik.
“Model belajar yang biasanya menyuruh murid menghafal harus diubah menjadi ruang diskusi, agar generasi anak muda menjadi aktif dan dapat berargumen dengan baik,” tutur politisi Partai Golkar itu.
Menurut Hetifah, ketika kewajiban seorang guru telah dilaksanakan dengan baik, maka pemerintah perlu memberikan haknya dengan layak. Tuntutan para guru yang selama ini disuarakan perlu didengar oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
“Kami berharap Mendikbud memperhatikan kesejahteraan guru honorer. Selain itu, birokrasi di bidang pendidikan harus dibenahi, pelatihan harus diberikan agar kompetensi guru semakin meningkat dan berkualitas dalam melahirkan generasi penerus,” tutupnya.
Di sisi lain, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim melemparkan ke pemerintah daerah terkait persoalan kualitas guru yang tidak merata antarwilayah di Indonesia. Menurut dia, ini menjadi tantangan yang harus segera diselesaikan.
“Jangan lupa ya bahwa sebenarnya kesuksesan pemerataan guru, kuantitas dan kualitas guru sangat tergantung kepada persiapan pemerintah daerah dan provinsi,” katanya dilansir dari liputan6.com.
Dikatakan, pemerintah pusat mendorong dan membantu pemerintah daeah untuk melaksanakan pemerataan tersebut.
“Mereka (Pemprov) yang mengangkat guru dan mendistribusikan guru di dalam daerahnya masing-masing, karena guru itu bukan hanya di pusat, jadi salah satu tantangan utama bagi kami juga,” ucap dia. (Siedoo)