MAGELANG – Sekolah Dasar (SD) Islam Terpadu (IT) Alam Al – Hikmah Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah mengajarkan siswanya dalam hal mengatasi kendala musim pada tanaman. Hal tersebut dipraktikkan menggunakan metode akuaponik, salah satu solusi pada musim kemarau ketika tanaman kekurangan air.
“Metode akuaponik yang digunakan ialah sistem guyur, agar lebih hemat energi tidak menggunakan pompa yang bertenaga listrik. Penerapannya menggunakan media arang yang mengapung pada kolam ikan lele, sehingga kotoran ikan tersebut nantinya berfungsi sebagai pupuk pada tanaman,” kata guru kelas 6 SDIT Alam Al Hikmah Secang, Rakhmawati Wulan Y, S.Si.
Dijelaskan, menggunakan arang sebagai penetral karena kotoran ikan lele mengeluarkan amonia. Kalau semakin banyak amonia akan menimbulkan racun dan itu akan diserap oleh arang.
Secara sederhananya, akuaponik bisa digambarkan sebagai kombinasi dari akuakultur dan hidroponik. Dalam sistem akuaponik, air dari ikan bisa mencapai lapisan hidroponik. Tanaman akan mengambil sebagian air yang juga terdapat nitrogen, zat yang berasal dari kotoran ikan serta pakan yang membusuk.
“Nitrogen ini ialah pupuk yang sempurna untuk sayuran. Hal ini menghemat kita dari menambahkan pupuk buatan yang mahal, mengandung bahan kimia sintetis dan bisa berpotensi berbahaya,” terangnya.
Selama dua bulan terakhir, pihak sekolah masih terus menjalankan dan mengembangkan metode yang merupakan proyek kelas 6 tersebut. Jenis sayuran yang ditanam saat ini ialah kangkung.
Salah satu kearifan lokal tersebut, merupakan salah satu solusi yang diterapkan dan diajarkan kepada siswanya agar dapat memecahkan permasalahan dalam hal menyediakan sendiri (swasembada) sayuran, buah dan lauk untuk konsumsi warga sekolah.
Hal tersebut menjadi latar belakang permasalahan, karena setiap hari pihak sekolah berkewajiban dalam menyediakan konsumsi untuk warga sekolah. Banyaknya kebutuhan sayuran, buah-buahan dan lauk yang harus disediakan oleh sekolah setiap harinya, mendorong pihak sekolah untuk mencari solusi tentang hal tersebut.
Permasalahan yang lain ialah ketika harga sayuran dan buah melonjak, pihak sekolah harus menyediakan dana yang lebih untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tersebut.
Pihak sekolah sudah memiliki fasilitas hidroponik untuk sayuran dan buah, namun penggunaan hidroponik harus menggunakan listrik dan membutuhkan pupuk yang cukup banyak. Selama ini, pihak sekolah sekolah harus menyediakan dana untuk penyediaan listrik dan pembelian pupuk.
Sehingga, sistem teknologi akuaponik dinilai sebagai jawaban atas adanya permasalahan tersebut. Semakin sulitnya mendapatkan sumber air yang sesuai untuk budidaya ikan, khususnya di lahan yang sempit, aquaponik merupakan salah satu teknologi hemat lahan dan air yang dapat dikombinasikan dengan berbagai tanaman sayuran.
“Menggunakan akuaponik untuk bisa menumbuhkan makanan, kita akan menghemat banyak uang dan memberi kita makanan yang organik serta berkualitas lebih tinggi dari apa yang kita beli di pasar,” imbuhnya.
Waka Kesiswaan SDIT Alam Al Hikmah Secang, Siti Badriyah, S.Pt menyampaikan, secara keseluruhan dengan kegiatan akuaponik tersebut, siswa terbentuk kreatifitas belajarnya yang tidak monoton.
“Kita kan juga sesuai dengan konsep alam, bahwa pembelajaran di luar juga sangat kita dorong. Belajar tidak hanya di dalam ruangan, tetapi kita juga memanfaatkan apa yang ada di lingkungan,” kata Siti.
Menurutnya, bertujuan agar menimbulkan efek lebih semangat belajar, siswa lebih peduli lingkungan dan bertambah wawasan.
“Kedepannya, ketika kita bisa memproduksi tanaman seperti buah atau sayur dalam hal produksi, efeknya positif, bisa menghemat biaya sekolah. Kita kan juga untuk kebutuhan dapur untuk asupan gizi kepada siswa bisa kita penuhi sendiri. Lebih bagus dan lebih ideal kalau kita produksi sendiri dan manfaatkan sendiri,” ujarnya. (Siedoo)