PASURUHAN – Pascarobohnya empat ruang kelas di SDN Gentong I Kota Pasuruan, Jawa Timur, pemerintah kota setempat berupaya mencari lokasi ruang belajar baru. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan jatuhnya korban lain.
“Alternatifnya menggunakan ruang kelas yang masih ada yang tidak mengalami kerusakan. Tetapi, harus dipastikan, ditinjau, bahwa itu kondisinya aman,” kata Sekda Pemerintah Kota Pasuruan, Bahrul Ulum melansir dari kemdikbud.go.id.
Disampaikan, bangunan ruang kelas yang roboh di SDN Gentong I dibangun pada tahun 2012 dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan menggunakan sistem swakelola. Pihaknya sudah menginstruksikan ke Dinas Pekerjaan Umum (DPU) dan Dinas Pendidikan agar melihat kondisi bangunan yang masih ada.
“Saya sudah menugasi DPU dan Dinas Pendidikan supaya secepatnya melihat kondisi bangunan yang masih ada. Kalau aman dan sudah tidak ada alternatif, maka ini menjadi solusi pembelajaran meski harus double shift. Jadi, masuk pagi dan siang,” imbuh Bahrul Ulum.
Dalam rangka memastikan tidak berulangnya insiden yang sama, Sekda Bahrul Ulum telah memerintahkan kepada Dinas PU dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk memeriksa semua sekolah.
“Kalau tidak aman dan tingkat kerusakannya parah, harus dikosongkan. Tidak boleh digunakan untuk kegiatan belajar mengajar,” jelasnya.
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pasuruan Siti Zunniati melaporkan bahwa pihaknya telah bekerja sama dengan UNICEF untuk segera melakukan terapi psikologi kepada para korban.
“Mulai Jumat (8/11) sudah bisa kita mulai terapinya di lapangan. Dari UNICEF sudah menyiapkan tenaga psikolognya,” jelasnya.
Ruang kelas yang rubuh tersebut terdiri dari ruang kelas II A, II B, V A, dan V B SD Negeri Gentong. Dua korban meninggal dunia tersebut adalah Irza Almira (8) siswa kelas 2, dan Sevina Arsy (19), Guru Tidak Tetap (GTT). Korban luka 11 orang. (Siedoo)