Siedoo, Dalam lomba karya tulis ilmiah skala nasional, Innovative Material Engineering Competition (IMEC) 2019, tiga mahasiswa Teknik Material ITB berhasil menjadi juara 1. Sebelum mencapai final ketiganya, Ilham Octiano (MT 15), Hening Puji Pangastuti (MT 15), dan Farhandra Ramdhani (MT 15) bersaing dengan tim Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Gadjah Mada, Universitas Brawijaya, Universitas Indonesia, dan Universitas Riau.
Gelaran bergensi yang digelar Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, baru-baru ini mengambil tema “Peran Inovasi Material dalam Revolusi Industri 4.0 di Indonesia”. Sejalan dengan tema yang ditentukan, pada kompetisi tersebut, mereka membuat penelitian tentang biomask. Yaitu, masker yang bahan-bahan dasarnya dibuat dari limbah.
“Kami mencoba menggabungkan fungsi tabir surya dan masker. Sehingga kami membuat biomask yang bahan dasarnya seperti nanoselulosa dari limbah pisang, kitosan dari limbah cangkang udang, dan biomassa english ivy. Bahan-bahan ini telah mencakup fungsi sebagai masker, anti-mikroba, serta anti-UV,” jelas Ilham.
Ia menambahkan, keunggulan dari biomask ini yakni menggabungkan dua produk sekaligus, masker dan tabir surya. Tabir surya berfungsi untuk perlindungan kulit terhadap sinar ultraviolet. Sementara masker berfungsi menjaga kelembapan kulit dan anti mikroba.
“Secara industri, biomask menggunakan material dari limbah sehingga proses produksi lebih efisien. Ditinjau dari aspek lingkungan, produk ini berbahan biodegradable material sehingga tidak menghasilkan dampak berbahaya jangka panjang. Serta dari aspek ekonomi, produk ini diharapkan mampu bersaing secara kompetitif,” katanya.
Anggota tim lain, Hening, menerangkan secara rinci mengenai desain dan pengaplikasian produk biomask. Desain produk biomask ini seperti sheet mask yang digunakan sebelum beraktivitas di luar.
“Masker ini akan melembapkan dan memberi nutrisi pada kulit sekaligus mengandung active agent yang masuk ke kulit berperan sebagai anti-UV. Sehingga setelah penggunaan masker, kita tidak perlu mengaplikasikan tabir surya lagi,” sambungnya.
Meski ketiga anggota tim merupakan mahasiswa tingkat akhir, namun hal ini tidak menyurutkan semangat ketiganya dalam berkarya dan berkompetisi. Bagi mereka, kesempatan dan pengalaman sebelum lulus ini sangat berharga mengingat sebelumnya beberapa anggota tim belum memiliki pengalaman dalam kompetisi apapun.
“Salah satu yang paling memotivasi saya sebenarnya adalah mencoba segala hal sebelum lulus dari status mahasiswa. Saat ini yang belum saya coba adalah berkompetisi, maka bagi saya tidak ada salahnya mencoba,” tutur Andra. (*)