MAGELANG – Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Terpadu (IT) Ihsanul Fikri Pabelan Magelang, Jawa Tengah mengembangkan bakat siswa dalam seni musik dan budaya. Harapannya tidak sekedar mencetak anak – anak cerdas, tapi juga mengembangkan potensi yang dimilikinya.
“Setiap anak spesial, maka sekolah mencoba menelisik kira – kira spesialisasi dia di mana. Kesiswaan ada namanya divisi pengembangan minat bakat, kemudian menyelenggarakan sekian banyak ekstrakurikuler yang mewadahi talenta anak – anak. Salah satunya ada nasyid atau vocal group. Alhamdulillah selama dua tahun ini sudah memproduksi empat lagu dalam mini album,” kata Waka Kesiswaan SMP IT ihsanul Fikri Pabelan, Ahmad Muttaqin, S.TP.
Sementara itu, tempat pembuatan video klip lagu di-setting dengan mengeksplorasi potensi – potensi wisata di Magelang. Ada dua kelompok vokal binaan dari kesiswaan diantaranya Ozon Voice dan Fikri Voice (FiVo).
Salah satu tembang lagu berjudul Lir ilir terinspirasi mengingatkan kembali kepada anak untuk jangan meninggalkan budaya bangsa.
Bahwasanya dalam budaya leluhur kita ada sebuah nilai – nilai yang perlu dikembangkan. Salah satunya dalam tembang tersebut mempunyai konteks makna yang cukup dalam. Kemudian mau tidak mau anak harus mempelajarinya dan mengamalkan dalam semangat menjalankan aktifitas.
“Ada satu hal yang coba kita kembangkan dalam tembang Lir ilir ini. Aransemennya kita sesuaikan dengan dunia anak – anak sekarang. Makanya kita juduli Lir Ilir Milenial. Tujuannya agar tembang ini lebih kompetibel dengan frekuensi nada anak – anak,” ujarnya.
Tembang Lir ilir mempunyai sejarah diangkat Sunan Kalijaga, sebagai salah satu upaya pendekatan nilai Islam yang sangat menyentuh terhadap kondisi masyarakat Jawa.
“Inginnya kita kemudian mencoba memberikan pemahaman nilai keluhuran Islam dalam pendekatan yang lebih bagus, sesuai compatible dengan kebutuhan masyarakat yaitu dengan pendekatan budaya. Kalau kita hadirkan sembarang lagu, nanti jangan – jangan tidak cocok dengan apa yang diinginkan bangsa kita,” tuturnya.
Ditambahkannya, ketika Sunan Kalijaga melakukan pendekatan melalui budaya, akhirnya sebuah arus besar masyarakat berbondong – bondong terhadap nilai kebaikan bisa terjadi saat itu.
“Kita inginnya anak – anak itu tidak disibukkan dengan hal negatif. Tapi, coba kita berikan sebuah fasilitas wadah yang positif. Kita coba buka lagi khasanah kebaikan masa lalu, kita kemas dalam nuansa milenial,” imbuh guru Al-Qur’an SMP IT Ihsanul Fikri Pabelan tersebut.
Kepala SMP IT Ihsanul Fikri Pabelan Drs. Hanifudin Zuhri, menyampaikan, ini salah satu program dalam mengembangkan potensi anak – anak. Diantara sekian banyak anak ada yang berpotensi dalam bidang seni, maka pihak sekolah mencoba mengakomodasi.
Seni itu sangat dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat, termasuk juga John F. Kennedy, yang pernah mengatakan kalau politik itu keras, maka yang akan melunakkan adalah puisi.
“Banyak sekali pujangga dan ulama menempatkan seni ataui sastra menjadi penting karena akan melunakkan hati seseorang. Maka kita coba tampilkan itu, salah satunya dalam rangka bagaimana supaya anak punya kepekaan, kepedulian, kesantunan dan hati yang lembut,” katanya.
Menurutnya, jika anak hanya fokus belajar dalam akademik saja akan terasa gersang. Maka diperlukan non-akademik seperti pembakatan dalam bidang olahraga, seni dan hal lain yang membuat seimbang. (Siedoo)