Siedoo, Hingga saat ini, energi arus laut masih belum termanfaatkan. Apalagi di Indonesia, adanya potensi besar energi arus laut tidak dibarengi dengan pengembangan teknologi, masih belum ada pembangkit listrik tenaga arus laut.
“Semoga suatu saat nanti saya bisa turut berkontribusi untuk mewujudkannya,” kata Dendy Satrio, jebolan Program Magister Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur, yang berhasil meraih gelar doktor dengan IPK 4,00.
Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, Dendy memulai langkah melalui disertasi berjudul Studi Numerik dan Eksperimental Kinerja Turbin Arus Laut Sumbu Vertikal. Ia melakukan penelitian dan pengembangan terhadap turbin, menganalisis dan mengembangkan beberapa ide untuk memodifikasi alat yang dapat mengkonversi arus laut menjadi tenaga listrik tersebut.
Dalam penelitiannya, pria berkacamata ini menemukan beberapa masalah dari turbin sumbu vertikal yang akan digunakan sebagai salah satu komponen pembangkit listrik tenaga arus laut.
“Kekurangannya terletak pada kemampuan self-start yang rendah, fluktuasi torsi yang besar, dan efisiensi yang masih rendah,” jelasnya.
Menurut Dendy, energi laut merupakan jenis energi terbarukan yang penerapannya masih jarang di dunia. Melihat potensi energi arus laut di Indonesia yang mencapai 287 gigawatt (GW), ia semakin mantap untuk berkecimpung di dalamnya.
Dendy menambahkan, bahwa analisis yang dilakukan menggunakan simulasi dengan software Computational Fluid Dynamics dan eksperimen pada Towing Tank. Dari situ, ia kemudian membawa tiga ide modifikasi yang dapat diterapkan pada turbin tersebut. Yakni menjadikan turbin sumbu vertikal yang berputar kontra, turbin sumbu vertikal bersudu miring, serta turbin sumbu vertikal dengan sudut tuberkulum.
Tak tanggung-tanggung, dari penelitian mengenai energi arus laut yang dilakukan, Dendy sudah berhasil mempublikasikannya pada jurnal ilmiah internasional yang terindeks Scopus dengan kualitas Q2. Yakni dalam Journal of Marine Science and Application yang diterbitkan oleh Springer serta pada Journal of Mechanical Engineering and Sciences yang diterbitkan oleh Universitas Malaysia Pahang (UMP).
“Insya Allah ada satu jurnal lagi yang sudah saya submit dan sedang pada tahap review,” tambahnya.
Ia mengaku bahwa salah satu kesulitan dalam menyelesaikan program doktoralnya adalah terkait publikasi ilmiah internasional yang terindeks.
“Proses review-nya sangat ketat dan lama, bahkan kedua jurnal saya masing-masing butuh waktu review setahun,” ujarnya.
Dituturkan Dendy, keberhasilannya mempublikasikan artikel ilmiah tak lepas dari dukungan kedua promotornya. Yakni Prof Ir I Ketut Aria Pria Utama MSc PhD dan Prof Ir Mukhtasor MEng PhD yang terus mendorongnya untuk segera menghasilkan data dan mencoba menulis paper di jurnal internasional.
“Saya juga dihubungkan dengan beberapa profesor dari luar negeri untuk membantu mengoreksi bahasa dan konsep dari jurnal yang saya tulis,” kenangnya.
Memang, untuk kali pertama, program studi Teknik dan Manajemen Energi Laut yang berada di bawah naungan Departemen Teknik Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, berhasil meluluskan doktor pertamanya. Dialah Dendy Satrio, menjadi orang pertama yang meraih gelar akademik tertinggi bidang energi laut di ITS.
Dendy telah diwisuda pada 14 September lalu itu dan fokus mengembangkan teknologi pemanfaatan arus laut Indonesia. Kiprahnya pada bidang energi dimulai sejak menempuh jenjang sarjana.
Saat itu Dendy mengambil program studi diploma empat (D-4) Sistem Pembangkit Energi di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS-ITS). Lulus dari prodi tersebut, ia kemudian mencoba peruntungannya dengan mendaftar PMDSU pada bidang maritim, yaitu energi laut.
“Saya tertarik untuk mengembangkan renewable energy, nah energi laut cukup ‘seksi’ untuk dipelajari dan dikembangkan,” ungkapnya.
Kemampuannya Sempat Diragukan
Menjadi prestatif sembari menyelesaikan penelitian tentunya tidak mudah. Pria yang lahir di Surabaya, 24 Maret 1993 ini menyatakan bahwa dirinya sempat diragukan untuk mengikuti PMDSU karena latar belakang pendidikan sebelumnya.
“Vokasi kan banyak praktiknya, sedangkan ini (teknik dan manajemen energi laut, red) banyak teorinya dan butuh analisis mendalam,” ujarnya.
Hal tersebut juga pernah membuatnya tidak percaya diri. Tetapi kemudian pelan-pelan bangkit.
“Dengan rencana dan usaha serta bantuan doa dari orang-orang sekitar,” tambah alumnus SMAN 6 Surabaya ini.
Ia mengaku sangat bersyukur atas pencapaian yang sudah ia dapatkan sekarang ini. Tak hanya publikasi ilmiah, ia juga berhasil berkeliling dunia semasa menjalani program doktoralnya. Berbagai program dari ITS International Office berhasil ia ikuti, mulai dari Research Student Enrichment Program, hingga Joint Workshop.
Ia bahkan berhasil mendapat gelar Best Presenter dalam Three Minutes Thesis (3MT) of CommTECH IDEAS yang diselenggarakan ITS tahun lalu. Puncaknya, ia berhasil mewakili ITS dalam Joint Workshop of Global Engineers in Asia (JWGEA) dan Life Shift Workshop di Ritsumeikan University, Jepang selama seminggu.
Miliki Sederet Prestasi Internasional
Beberapa konferensi internasional juga pernah dijajalnya. Membawa topik penelitian mengenai turbin sumbu vertikal, Dendy berhasil mempresentasikan karyanya di Universitas Malaysia Pahang tahun 2018 lalu. Tak hanya itu, ia juga berpasrtisipasi dalam the 4th Asian Wave and Tidal Energy Conference (AWTEC) 2018 di National Taiwan Ocean University.
Pria 26 tahun ini juga pernah mengikuti Program Beasiswa Peningkatan Kualitas Publikasi Internasional (PKPI)/Sandwich-like 2017 di Glasgow, Inggris selama satu semester. Dalam program yang merupakan hasil kerja sama antara ITS dengan Strathclyde University ini, ia menghasilkan paper yang saat ini sedang dalam proses review. (*)