Siedoo.com - Membentuk generasi literatif dimulai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. | ilustrasi: harnas.co
Opini

Membentuk Generasi Literatif sebagai Ciri Khas Bangsa

Siedoo, Tak dapat dipungkiri nenek moyang bangsa Indonesia adalah bangsa yang gemar literasi. Hal itu terbukti dengan banyaknya prasasti, tulisan pada daun lontar, buku-buku, budaya tutur, dongeng, lagu, kesenian, dan literasi lainnya. Ini menjadikan ciri khas masyarakat yang mendiami wilayah Nusantara, yang kemudian menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

Namun semakin majunya teknologi, justru semakin menurun kegemaran berliterasi dari generasi ke generasi. Maka, harus ada keinginan kuat bangsa Indonesia untuk mengembalikan kejayaan literasi. Dengan harapan literasi dapat teraktualisasi dalam kehidupan sehari-hari, kemudian menjadi karakter dan budaya yang tak luntur.

Mendukung hal itu, perlu disiapkan dan dimulai dari lingkungan terkecil, keluarga, sekolah, dan masyarakat sekitar. Namun ketiga lingkungan tersebut haruslah saling mendukung agar lebih efektif dalam mewujudkan generasi literatif yang diinginkan.

Literasi dalam keluarga

Membiasakan kegiatan terkait literasi yang utama dan pertama adalah dari keluarga. Pembiasaan berliterasi dalam keluarga akan mendidik anak mengembangkannya ke lingkungan yang lebih luas.

Pembiasaan hal-hal kecil dan bahkan dianggap sepele perlu dilakukan dalam keluarga. Seperti mendongeng, menyanyikan lagu-lagu daerah, menulis surat, mencatat kejadian, dan pembelajaran berbahasa yang baik, bahkan menabung dan mengelola uang jajan.

Orangtua membiasakan membelikan buku bacaan sebagai hadiah untuk anaknya yang berprestasi. Atau membawakan buah tangan buku cerita daripada lainnya. Orangtua lebih mengutamakan anak membaca buku daripada bermain game online.

Memang orangtua tidak dapat membendung derasnya arus teknologi informasi dan komunikasi, namun pembiasaan membaca lebih utama dibanding bermain game. Orangtua harus bijak menyikapi penggunaan gadget pada anak.

Pengembangan literasi di sekolah

Secara umum, sekolah merupakan tempat belajar membaca dan menulis, tempat kegiatan belajar mengajar. Para guru harus menjadi teladan dalam berliterasi, selain tugas utama mentransfer ilmu kepada anak didik. Paling tidak selalu menyelipkan kegiatan literasi dalam setiap pembelajaran.

Baca Juga :  Dilema Mahasiswa, Kuliah Cepat 24 SKS VS IPK Tinggi Tapi Lama

Guru harus paham, literasi bukan sekedar membaca atau menulis saja. Lebih dari itu seperti disebutkan di atas. Bahkan tutur kata guru dengan teman sejawat pun menjadi contoh literasi bagi anak-anak.

Sebagai lembaga pendidikan, sekolah harus menyediakan layanan literasi, seperti perpustakaan dan pojok baca. Selain itu harus pula menyediakan fasilitas baca seperti gazebo atau taman baca. Sehingga, memberi keleluasaan anak dalam membaca buku atau berliterasi lainnya.

Anak dapat menghafal deklamasi di taman, menulis atau membaca puisi di gazebo, bahkan belajar dialog atau drama di aula sekolah. Setelah itu, sesekali pihak sekolah mengadakan kegiatan literasi seperti lomba mendongeng, menulis atau membaca puisi, drama, dan sebagainya.

Mempraktikkan literasi di masyarakat

Generasi literatif penerus bangsa dapat dilihat dengan bagaimana mereka mempraktikkan literasi di masyarakat. Misalnya bagaimana dalam bertutur kata, bagaimana mereka menuliskan sebuah undangan rapat pemuda, mengumumkan kerja bakti, atau bagaimana mereka menyampaikan undangan lisan kepada warga.

Mungkin hal semacam itu dipandang remeh, namun seperti dikatakan di atas, justru literasi akan lebih efektif dimulai dari hal-hal sepele. Karena dalam kegiatan literasi terkait dengan karakter, sedangkan bagi keduanya yang terpenting adalah pembiasaan.

Anak yang memahami literasi atau memiliki minat literasi yang tinggi akan lebih senang dan aktif dalam kegiatan di masyarakat. Dari situlah akan tampak betapa pentingnya literasi bagi generasi muda, dan masyarakat akan melihat kelebihan literasi.

Itulah beberapa hal yang dapat disiapkan dan dilakukan oleh para orangtua, guru, dan masyarakat dalam membentuk generasi literatif. Sekaligus sebagai upaya melestarikan ciri khas bangsa Indonesia, seperti dimiliki nenek moyang kita sebagai bangsa yang gemar literasi. (*)

 

Baca Juga :  Belasan Ribu Siswa SD Kota Bandung Berpuisi, Pecahkan Rekor ORI

*Redaksi Siedoo

Apa Tanggapan Anda ?