Siedoo, Kepolisian Republik Indonesia disarankan menjadikan setiap anggota Polri sebagai agen kehumasan. Dalam proses interaksi polisi dan masyarakat, dapat berperan menjadi news maker dalam menampilkan kinerja positif di mata publik yang didukung dengan semangat profesionalisme dan bersikap simpatik serta humanis.
Polri pun perlu mendorong prakarsa publik menciptakan etintas kecerdasan melalui budaya literasi. Setiap anggota pun diharapkan memiliki kemampuan untuk orasi, menyusun narasi dan artikulasi, agar dapat mencegah berkembangnya cara berpikir sesat (logical fallacy) di masyarakat dan mengajak masyarakat untuk disiplin berpikir benar dan pro logika.
Selain itu, juga perlu adanya peningkatan kapasitas personil di bidang Cyber Public Relations.
“Oleh karena itu, institusi Polri perlu membangun sarana pendidikan dan latihan kehumasan berbasis penggunaan teknologi,” ujar Wakil Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri Irjen Pol. Boy Rafli Amar.
Ia mengatakan itu saat meraih Gelar Doktor pada Program Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Unpad) Jawa Barat pada Sidang Promosi Doktor yang digelar di Bale Sawala. Pada kesempatan tersebut, Boy Rafli dinyatakan lulus dengan yudisium “Sangat Memuaskan”.
Boy Rafli mempertahankan disertasinya yang berjudul “Integrasi Manajemen Media dalam Strategi Humas Polri sebagai Aktualisasi Promoter”. Disertasi tersebut merupakan studi kasus implementasi manajemen media sebagai salah satu program prioritas Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk mendukung aktualisasi promoter, yakni profesional, modern, dan terpercaya.
“Manajemen media merupakan suatu proses instrumentasi dari upaya meraih kepercayaan publik melauli pengelolaan opini publik yang tetap positif,” jelas Boy Rafli.
Menurut Boy Rafli, integrasi manajemen media dalam strategi humas diwujudkan dalam berbagai hal. Salah satunya adalah melalui penggunaan aplikasi Intelligence Media Management (IMM). Aplikasi ini merupakan produk dari Artificial Intelligence yang dikelola oleh divisi Humas Polri, berfungsi sebagai instrumen analisis persepsi intelijen, yang mampu mendokumentasikan serta mengidentifikasi berbagai situasi dan kondisi yang terjadi di masyarakat.
“IMM merupakan alat pendokumentasian, merupakan alat fact finding. Dimana terlihat persepsi publik terhadap Polri dari kurun waktu ke waktu itu seperti apa, dan itu akan tergambar apakah positif atau negatif,” ujar Boy Rafli.
Selain itu, manajemen media dalam staregi humas juga diwujudkan dalam bentuk kerja sama dengan media mainstream, optimalisasi media sosial, menekan berita negatif, disemenasi keberhasilan Polri, merespon cepat sentimen negatif, dan mengelola trending topik.
Diungkapkan mantan Kadiv Humas Polri dan Kapolda Papua, strategi tersebut mampu mengembalikan persepsi publik atas kinerja Polri. Dimana citra Polri terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sidang tersebut dipimpin langsung oleh Plt. Rektor Unpad Prof Dr. Rina Indiastuti, dengan Sekretaris Sidang Dekan Fikom Unpad Dr. Dadang Rahmat Hidayat, SH., S.Sos., Msi.
Bertindak sebagai Ketua Tim Promotor yaitu Prof. H. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D., dengan anggota Dr. Atwar bBajari, M.Si dan Dr. H. Edwin Rijal, M.Si.
Sidang tersebut juga dihadiri Kapolri Jenderal Pol. Prof. M. Tito Karnavian, M.S., Ph.D selaku tim. Selain itu, Dr. Siti Karlinah Abdurachman, M.Si dan Dr. Ninis Agustini Damayani, M.Lib juga hadir sebagai tim penguji. Bertindak sebagai representasi Guru Besar pada sidang kali ini adalah Prof. Dr. Ir. Mahfud Arifin, M.S. (*)