LAMPUNG – Kompetensi abad 21 yang harus dimiliki adalah berpikir kritis, kreatif, serta mampu berkomunikasi dan berkolaborasi. Kompetensi tersebut setidaknya juga harus dimiliki guru madrasah.
“Kreatif, ke depan itu yang dicari. Karena IP saja tidak cukup. Orang orang kreatif mampu menangkap potensi. Mengamati rambut menghasilakan produk sisir, minyak rambut, sampo,” kata Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam Kemenag, Imam Safei dalam pelatihan kewirausahaan bagi guru madrasah di Bandar Lampung.
Dalam gelaran yang dilaksanakan 12 – 14 Agustus tersebut diikuti 70 guru madrasah perwakilan dari beberapa provinsi di Pulau Jawa dan Sumatera.
“Menantang, merangsang, menyenangkan, manfaat ini akan melahirkan orang orang kreatif,” tambah Imam dalam menjelaskan teknik mengajar yang bisa menghasilkan orang kreatif.
Kasubbag Tata Usaha, M. Sidik Sisdiyanto mengatakan, pelatihan ini untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan memunculkan ide bisnis yang bisa dikelola di lingkungan madrasah.
“Ekonomi Indonesia ditopang oleh UMKM, dan bisa tumbuh berkembang karena ada jiwa wirausaha. Harapannya guru mampu menghidupkan potensi ekonomi pada lingkup madrasah, syukur-syukur bisa ekspansi ke luar,” kata Sidik
Sejumlah narasumber professional dihadirkan dalam pelatihan ini, antara lain, Anita Isdarmini, Kepala MAN 2 Kulonprogo yang telah sukses membangun MA Keterampilan dan mendapat berbagai penghargaan serta menjalin kerjasama dengan beragai instansi untuk mendukung program keterampilan.
Lalu ada, Agung Prasetyo Utomo, Owner dari Ayam Geprek Juara yang berhasil membuka 50 cabang hanya dalam waktu 1 tahun serta membawa komitmen sistem bisnis tanpa riba menggunakan skema syirkah mudharabah.
Nara sumber ketiga, Nanang Qosim, pengarang buku The 7 Awarness from Good to Great, seorang motivator yang berhasil memecahkan rekor MURI dengan peserta trainer terbanyak pada tahun 2009.
Menurut salah satu narasumber, Anita Isdarmini, konteks kewirausahaan di lingkungan madrasah tidak hanya berorientasi pada menjual produk dan mendapat keuntungan.
“Kewirausahaan madrasah itu tidak hanya jual produk, tapi madrasah mampu mempublish, marketing, dan membangun relasi kerjasama juga bagian dari kewirausahaan,” jelas Anita
Pelatihan ini disambut positif oleh peserta. Salah satunya adalah Siti Maesaroh dari RA Ulul Albab Jember. Dia merasa bersyukur bisa berada di tengah orang-orang yang hebat dan menginspirasi.
“Banyak inspirasi untuk dibawa pulang, bisa membawa perubahan baik di madrasah maupun di tengah lingkungan masyarakat,”ungkapnya. (Siedoo)