JAKARTA – Pada tahun 2019, jumlah guru dan kepala sekolah yang terlibat dalam program Kemitraan Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) secara bertahap ditarget oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebanyak 5.284 orang.
Rincian guru SMP sebanyak 76 guru inti, 228 guru mitra, dan 2.280 guru imbas. Guru SMA sebanyak 30 guru inti, 120 guru mitra, dan 1.200 guru imbas.
Sedangkan kepala sekolah untuk jenjang SMP terdiri dari 20 inti, 80 mitra, dan 800 imbas; serta kepala sekolah SMA terdiri dari 10 inti, 40 mitra, dan 400 imbas.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, Supriano mengatakan, pertemuan guru inti dan guru mitra dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada para peserta tentang kemitraan guru dan tenaga kependidikan.
Di samping itu, menggiring para guru dan kepala sekolah untuk berkolaborasi dan saling berbagi pengalaman terbaik dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas.
Mendikbud Muhadjir Effendy telah melepas peserta program Kemitraan Guru tahun 2019 jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), di Jakarta, awal Agustus ini.
“Kegiatan ini akan dilaksanakan selama tujuh hari di sekolah inti,” ucap Supriano.
Kegiatan tersebut diwadahi dalam program Kemitraan GTK. Hal ini dilakukan untuk pemerataan kualitas pendidikan di seluruh wilayah Indonesia, terutama di daerah Tertinggal, Terluar, dan Terdepan (3T).
GTK mempertemukan guru inti dan guru mitra untuk saling berbagi pengalaman, menginspirasi, dan mengembangkan kerja sama dalam upaya peningkatan dan pemerataan kualitas pendidikan.
Usai penyelenggaraan program, kata Supriano, para guru inti nantinya akan melanjutkan kunjungan ke sekolah guru mitra untuk memonitoring dan mengevaluasi program yang telah dipelajari.
“Para guru inti nantinya akan mengunjungi sekolah-sekolah guru mitra untuk melihat langsung dan memastikan program yang telah dipelajari dapat diterapkan,” tandasnya.
“Mudah-mudah selesai dari program ini dapat terwujud adanya sister school di dalam negeri. Guru inti dapat terus mendampingi guru mitra,” tambah Supriano.
Para guru mitra jenjang SMP yang dilepas Mendikbud berasal dari Aceh Utara, Bireun, Mempawah, Sambas, Malinau, Majene, Mamuju, Seram Bagian Barat, Halmahera Utara, Manggarai, Ende, Jayapura, Jayawijaya, Merauke, Nabire, Fak-Fak, Manokwari, Raja Ampat, Sorong.
Sedangkan guru inti yang ikut dalam program ini berasal dari Kota Denpasar, Kabupaten Sidoarjo, Kota Malang, Kabupaten Bantul, Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kota Serang, Kabupaten Bandung, Kota Bekasi, dan Kota Bogor.
Supriano berharap para guru mitra dapat memanfaatkan program ini dengan sebaik-baiknya. Kesempatan yang sangat berharga ini, kata Supriano, agar dimanfaatkan untuk belajar lebih dalam tentang praktik baik dari guru inti, sehingga dapat mempercepat perubahan di sekolah asal.
“Dengan itu, seluruh anak bangsa dapat merasakan pelayanan pendidikan yang lebih bermutu dan berkualitas,” pungkas Supriano.
Mendikbud mengatakan melalui program kemitraan, guru inti dapat saling berbagi pengalaman, menginspirasi, dan mengembangkan kerja sama dalam upaya peningkatan dan pemerataan kemampuan guru mitra yang berasal dari daerah 3T.
“Untuk menghidupkan komunitas belajar profesional dengan fokus pada penguatan kualitas layanan pembelajaran,” terang Mendikbud.
Pemilihan guru inti dan guru mitra yang diundang sebagai peserta dalam kegiatan ini berdasarkan berbagai indikator. Salah satunya adalah rata-rata nilai Ujian Nasional (UN) dari sekolah yang terpilih.
Untuk guru inti berasal dari sekolah yang memiliki rata-rata capaian UN yang tinggi. Sedangkan guru mitra berasal dari daerah yang secara nasional memiliki capaian UN rendah (tahun ini berdasarkan hasil UN tahun pelajaran 2017/2018).
Program Kemitraan tahun ini, kata Mendikbud, memiliki keunikan. Yakni, mengintegrasikan antara guru dan kepala sekolah dalam program yang sama. Sehingga, ada kesinambungan substansi yang dikerjakan oleh guru dan kepala sekolah.
Dinyatakan Muhadjir, keterpaduan program ini meliputi desain dan langkah program, lokasi dan sasaran program, serta substansi program.
“Selain itu, antara guru inti dan guru mitra dapat saling bertukar pengalaman. Para guru mitra dapat melihat, mengamati, dan mempelajari proses belajar mengajar di sekolah guru inti,” terang Mendikbud. (Siedoo)