Siedoo, Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mencoba memaksimalkan potensi bidang ekonomi yang ada di daerah Gunungkidul, Yogyakarta. Mahasiswa mengemas topeng panji menjadi cenderamata khas Gunungkidul, yaitu dibuat menjadi tas ransel kulit.
Selama ini memang, Kabupaten Gunungkidul memiliki sejumlah kerajinan yang dapat ditemukan di beberapa kecamatan. Kerajinan-kerajinan tersebut diantaranya adalah kerajinan perak (Kecamatan Paliyan), kerajinan akar wangi (Kecamatan Semin), kerajinan topeng kayu batik (Kecamatan Patuk), kerajinan ornament batu gamping (Kecamatan Semanu), dan kerajinan cor logam (Kecamatan Semin).
Kerajinan dari sejumlah kecamatan di Kabupaten Gunungkidul ada yang hingga kini masih eksis, bahkan dikirim sampai ke luar negeri. Kerajinan tersebut adalah topeng kayu batik Desa Wisata Bobung, Kecamatan Patuk.
Topeng ini berhidung mancung dan bermata sipit, yang merupakan ciri khas sebuah topeng panji. Topeng panji bermotif batik diproduksi secara masal di Desa Bobung. Kerajinan dari kayu ini telah menjadi ikon Desa Bobung karena hampir setiap rumah memproduksinya.
Selain itu, topeng panji yang dibuat warga digunakan pada pementasan tari topeng saat acara bersih desa. Namun, topeng panji batik yang dijual saat ini hanya memiliki fungsi estetis, sekadar menjadi hiasan dinding. Oleh karena itu, pembeli topeng ini hanya dari kalangan tertentu.
Hal ini membuat sejumlah mahasiswa UNY tertarik untuk mengemas topeng panji menjadi cenderamata khas Gunungkidul yaitu dibuat menjadi tas ransel kulit.
Mereka adalah, Lilik Nurkhamid dan Andi Siyam Mawardi prodi pendidikan seni rupa, Najla Ifa Mumtaza prodi pendidikan akuntansi, Anggi Fatika Sari prodi pendidikan kimia serta Nadhila Hibatul Nastikaputri prodi bahasa dan sastra Indonesia merancang tas ransel kulit berbentuk topeng panji yang dapat menjadi alternatif cendera mata bagi wisatawan.
“Saat ini tas tidak hanya memiliki fungsi primer, tetapi juga memiliki fungsi sebagai trend fashion. Tas ransel kulit ini kami beri nama Ratopanji atau ransel topeng Panji,” kata Lilik Nurkhamid.
Selain untuk menciptakan peluang usaha, pembuatan Ratopanji juga bertujuan untuk memperkenalkan kerajinan ikonik Gunungkidul yang memiliki nilai estetika dan nilai ergonomis kepada masyarakat luas.
Bahan – bahan Produksi
Andi Siyam Mawardi menjelaskan, bahan-bahan tas (kulit sintetis, kain pelapis, aksesoris) dan alat jahit di cari di sejumlah toko alat jahit yang berada di area kota Yogyakarta. Bahan tas berupa kulit sapi tersamak dicari di daerah Imogiri, Bantul. Sedangkan alat pertukangan seperti palu kayu dan mesin tatah kulit plong dicari di Pasar Beringharjo, Yogyakarta.
Proses pembuatannya, pertama kali membuat pola tas memakai kertas duplek dan memotongnya, kemudian ditempelkan pada kain PU faux leather lalu dipotong sesuai pola. Tempelkan pola pada kulit sapi lalu potong sesuai pola. Topeng panji digambar pada kulit sapi lalu ditatah sesuai pola.
Kain beludru sebagai pelapis tas bagian dalam dipotong sesuai pola tas, kemudian satukan pola tas pada kain PU faux leather dengan kain beludru. Pola-pola dijahit menjadi satu kesatuan yang utuh, pasang resleting dan gendongan pada tas, lalu proses finishing dan pengecekan produk, dikemas dan produk Ratopanji siap dipasarkan.
Karya ini berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan tahun 2019. (*)