Siedoo, Pelajar dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memang diberi materi pendidikan untuk mendapatkan keterampilan siap kerja setelah lulus sekolah. Namun, SMK Muhammadiyah 2 Muntilan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah justru bisa membuktikan bahwa, siswanya mampu bekerja disaat masih berstatus pelajar.
Hal itu dibuktikan melalui Kelas Kewirusahaan yang meraih peringkat pertama tingkat Nasional. Peringkat tersebut berdasarkan laporan omset kepada SEAMEO (The Southeast Asian Ministers of Education Organization) yang diumumkan melalui website kwu.seamolec.org, Selasa (2/7/2018).
SEMAEO merupakan lembaga antar pemerintah di Asia Tenggara dalam rangka mempromosikan kerjasama di bidang pendidikan dan kebudayaan. Riski yang merupakan siswa kelas XII jurusan TKJ dengan omset Rp 155.000.000 dan laba Rp 25.100.000, memiliki usaha warung angkringan dan penjualan VCD sejak September 2018 – Juni 2019.
“Saya membuka warung angkringan dan jualan VCD yang buka dari pukul 04.00 sampai pukul 19.00 WIB. Saya bukanya dirumah sendiri, ketika pagi dibantu sama orang tua saya. Sedangkan nanti setelah pulang sekolah saya yang menggantikan,” kata Riski, peraih peringkat peringkat pertama Nasional Kelas Kewirausahaan tersebut.
Sebab memilih membuka usaha warung angkringan, karena di daerah sekitar tempat tinggalnya belum ada. Biasanya warung angkringan buka saat malam hari, namun dirinya memilih membuka angkringan dari pagi. Hal itu karena memanfaatkan lokasi yang dekat dengan pasar, yang merupakan pasar pagi.
“Saya sangat senang mengikuti Kelas Kewirausahaan, karena mendapat ilmu dan bisa membantu orang tua dalam berjualan. Perasaan saya juga senang tidak menyangka dapat juara 1 tingkat nasional,” ujarnya.
Kelas Kewirausahaan merupakan salah satu program unggulan di SMK Muhammadiyah 2 Muntilan dan satu-satunya sekolah yang membuka program tersebut, dalam wilayah se-Kabupaten Magelang dan Eks-Kedu.
Tepatnya pada April 2018 dari PSMK (Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan) bekerja sama dengan SEAMOLEC membuat suatu program bernama SPW (Sekolah Pencetak Wirausaha).
“SPW tersebut dibagi menjadi beberapa tahapan dan kita ikut tahapan pertama. Pada tahap pertama tersaring 114 sekolah se-Indonesia dan saat itu kami satu-satunya dari Magelang,” kata Jumarsih, S.E, guru pembimbing Kelas Kewirausahaan.
Siswa yang terlibat dalam Kelas Kewirausahaan sekitar 5-10% dari seluruh siswa yang ada di sekolah. Bimbingan dan motivasi kepada siswa dilakukan untuk menjual apapun sesuai kemampuan siswa. Misalnya seperti jasa, barang atau produk.
Setiap satu bulan satu kali, siswa harus melaporkan omset mereka kepada guru dan selanjutnya guru melaporkan ke PSMK (Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan). Namun, sekarang siswa yang langsung melaporkan sendiri ke PSMK melalui website yang sudah disediakan.
Pada 2019, SMK Muhammadiyah 2 Muntilan mampu membuktikan keseriusan dalam mengelola Kelas Kewirausahaan. Sekolah tersebut melaporkan omset sebesar Rp. 449.749.999 dengan laba Rp. 103.250.000.
Selain Riski, Siswa SMK Muhammadiyah 2 Muntilan yang masuk 5 besar se Indonesia ialah Lurina Nur S dengan omset Rp. 127.439.999, Putri Pratama N dengan omset Rp 122.000.000 dan Adelia Nur S dengan omset Rp. 28.300.000.
“Program kewirausahaan akan terus dijalankan dan akan membuka kelas setiap tahunnya bagi siswa baru. Harapannya, ketika siswa sudah lulus bisa mandiri dan sukses berwirausaha,” tandasnya.
Kelas Kewirausahaan yang berlangsung hampir 2 tahun ini, berhasil membina dan mencetak wirausahawan muda di SMK Muhammdiyah 2 Muntilan. Pada 2018, siswi Laurina Nu S berhasil meraih penghargaan omset tertinggi di sekolah dari Kementrian Pendidikan RI.
“Siswa tidak hanya belajar materi di kelas, tetapi diajarkan pula berwirausaha. Kelas kewirausahaan dibuka karena visi sekolah kami menjadi SMK yang Berkarakter Islami, Unggul, dan Berjiwa Entrepreneur,” jelas Untung Supriyadi, Kepala SMK Muhammadiyah 2 Muntilan. (*)