SURABAYA – Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) kembali menggelar Kontes Robot Indonesia (KRI) 2019 di Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang, Jawa Tengah. Sebanyak 64 perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia ikut memeriahkan kompetisi tersebut. Keluar sebagai juara umum pada laga itu adalah Tim Robotika ITS, dengan berhasil menjuarai di tiga kategori lomba sekaligus.
“Tentunya ini prestasi yang sangat membanggakan bagi ITS. Kami sangat percaya kepada para mahasiswa akan semangat dan tekad juara yang dimiliki oleh tim ITS,” kata Direktur Kemahasiswaan ITS, Dr Darmaji S Si MT, yang menerima piala kebanggaan KRI 2019.
Dirinya juga berpesan, agar juara ini tidak menjadikan tim ‘jumawa’ dan bertinggi hati. Tetap terus berlatih dan mengevaluasi setiap kekurangan yang ada pada perlombaan kali ini. Agar tahun depan tim Robot ITS dapat meraih prestasi yang lebih maksimal lagi.
“Pesan saya kepada para mahasiswa, setelah ini agar fokus kembali mempersiapkan diri dan robot, mengingat bulan depan kita (tim robot ITS, red) akan berlomba di Robocup Competition 2019 di Australia. Sehingga, kita kembali bisa mengharumkan nama Indonesia di tingkat dunia seperti tahun lalu,” ujarnya.
Darmaji juga berpesan, agar semua tim mempersiapkan adik-adik tingkatnya dan menularkan ilmunya. Karena proses regenerasi itu sangat penting untuk mempertahankan gelar juara yang ada. Mengingat setiap tahun para senior pasti sudah ada yang menyelesaikan studinya.
Pada kompetisi itu, Tim Iris berhasil mengibarkan panji ITS setelah meraih predikat juara 1 di kategori Kontes Robot Sepakbola Indonesia (KRSBI) beroda, dengan mengalahkan tim dari Institut Teknologi Bandung (ITB) di semifinal dengan skor 3-0 dan mengalahkan tim dari Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) di final dengan skor telak 4-0.
Ketua Tim Iris, Muhammad Revo Khairullah mengatakan, dirinya bersama tim sangat bersyukur dengan kemenangan ini. Karena kemenangan ini sudah ia dambakan dengan tim Iris sejak divisi KRSBI beroda ada, yaitu tahun 2017.
“Pada tahun 2017 kami (tim Iris, red) harus tersingkir di 8 besar, di tahun 2018 kami harus puas dengan posisi runner up dan Alhamdulillah di tahun ini kami bisa merealisasikan juara 1 ini,” jelas mahasiswa Departemen Teknik Elektro ITS itu dengan penuh kebahagiaan.
Dengan hasil tersebut, tim Iris semakin mantap untuk mengikuti kejuaraan internasional Robocup 2019 awal Juli mendatang di Australia bersama dengan tim Ichiro di kategori Robosoccer Humanoid. Tim Iris juga berhasil menyabet untuk juara sebagai desain terbaik dan strategi terbaik di KRI 2019 di kategori KRSBI Beroda.
“Hasil dari pengalaman dan evaluasi teknis di KRI ini akan kami jadikan bekal di ajang internasional nanti, agar lebih matang lagi persiapan tim kami,” jelas mahasiswa yang kerap disapa Revo tersebut.
Kemudian pada divisi Kontes Robot Seni Tari Indonesia (KRSTI), tim Vi-Rose berjaya mendapatkan juara 1. Setelah dapat melaju ke delapan besar dengan perolehan poin tertinggi 74.8 poin.
Gerakan tubuh Vi-Rose semakin gemulai ketika berhasil menembus babak empat besar dan harus bersaing melawan tim dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta (UAD), dan Universitas Tadulako Palu (UNTAD).
“Kami berhasil melangkah ke pertandingan terakhir di babak final yaitu 4 besar dengan perolehan nilai tertinggi pertama 84 poin,” ujar Nafis ketua tim Vi-Rose, Nafis Taqiyudin.
Tak cukup di situ, pada acara penutupan KRI 2019 Vi-Rose juga dinobatkan sebagai desain terbaik untuk robot seni tari di KRI 2019.
“Vi-Rose terakhir menang 2012 dan ini adalah juara yang sudah kita harapkan dan persiapkan sebelum kita berangkat ke sini. Alhamdulillah dan kami mendapatkan bonus sebagai Desain Terbaik untuk robot kami,” ungkap Nafis.
Untuk divisi Kontes Robot ABU Indonesia (KRAI), robot Risma dari tim ITS berhasil menempati juara ketiga setelah menumbangkan tim dari Universitas Islam Sultan Agung pada saat perebutan juara ketiga dengan perolehan nilai penuh. Risma tak dapat melangkah ke final setelah sebelumnya robot berkakinya harus retry dua kali ketika melawan tim dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Namun mereka berhasil finish dengan jeda waktu yang sangat berdekatan. Ketika melawan ITB, tim ITS memang kalah dalam sisi waktu melewati rintangan yang berbentuk tali, karena dari sisi bentuk kaki robot sudah berbeda. Tim lawan berkaki seperti tank yang datar serta lebih kokoh, dan bisa melewati tali dengan mudah.
“Namun, tim kami mengikuti standar peraturan yang ada sesuai arahan dari tingkat regional kemarin, bahwa kaki robot harus empat dan menyerupai kaki kuda,” terang ketua tim Risma, Ahmad Auril Barelvi, mahasiswa Departemen Teknik Fisika ITS tersebut.
Evaluasi Kelemahan Robot
Sementara itu untuk tim Abinara-1 di kategori Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI) harus puas diposisi ke 10 setelah pada sesi ketiga robot tidak berhasil memadamkan api.
“Kami masih mengevaluasi kelemahan robot di sesi ketiga ini apa yang menyebabkan robot tak dapat memadamkan api. Tahun selanjutnya kami akan mencoba lebih baik lagi,” ungkap ketua tim Abinara-1, Reza Pahlevi, mahasiswa Departemwn Teknik Elektro.
Pada kategori terakhir yaitu KRSBI Humanoid, sayangnya tim ITS Ichiro sedikit menerima ketidakberuntungan. Setelah tidak berhasil melewati babak perempat final, dengan ditahan hingga babak tambahan oleh Tim Krakatau FC dari Universitas Teknokrat Indonesia dengan skor 0-0.
Sehingga, mengharuskan pertandingan berlanjut dengan adu penalti. Pada proses adu penalti tersebut, akhirnya Ichiro harus terhenti langkahnya dengan hasil 2-0 untuk tim Krakatau FC.
Meski demikian, dari hasil perolehan juara itu semua, Tim Robot ITS dapat mempertahankan gelarnya sebagai Juara Umum di KRI 2019 ini. Setelah di KRI 2018 tahun lalu ITS juga berhasil meraih juara umum. (Siedoo)