Siedoo, Indonesia kaya akan beragam jenis tanaman rempah-rempah sebagai bumbu dapur, salah satunya adalah andaliman atau ‘merica Batak’. Andaliman, yang dalam bahasa Inggris populer disebut Sichuan Pepper, merupakan sejenis rempah-rempah khas Sumatera Utara yang sering digunakan sebagai bumbu pada makanan khas Batak.
Menurut Wikipedia, Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) merupakan tumbuhan yang termasuk dalam famili Rutaceae (keluarga jeruk-jerukan). Secara geografis, persebaran andaliman banyak tumbuh di Cina dan Himalaya. Di Indonesia, tumbuhan ini banyak ditemukan tumbuh liar di beberapa daerah Sumatera Utara, pada ketinggian 1.200-1.400 mdpl.
Mengingat potensi andaliman, mahasiswa Universitas Negeri Medan (Unimed), Sumatera Utara membuat terobosan baru dengan menciptakan parfum segar dari tanaman andaliman. Inovasi ini dikembangkan di Desa Parsoburan, Kecamatan Habinsaran, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara.
Pengelola Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKM-T) Unimed, Fenny Cloudya Damanik mengatakan, tanaman andaliman selama ini hanya biasa digunakan sebagai bumbu dapur. Namun saat ini, tanaman andaliman dapat dimanfaatkan menjadi bahan wangi-wangian.
“Pembuatan parfum dari andaliman dengan menggunakan mesin parfum. Mesin parfum tersebut dirancang untuk menghasilkan parfum,” ujar Fenny, seperti diwartakan Antaranews.com.
Dilansir news.schoolmedia.id, Fanny dan tim menggunakan mesin parfum multifungsi, yaitu satu mesin untuk penghalusan, pemanasan, pendinginan, dan akhirnya menjadi parfum. Untuk meningkatkan keberdayagunaan dan nilai ekonomis andaliman, mereka memberikan pendampingan proses pembuatan parfum kepada petani andaliman.
Pendampingan tersebut sudah satu kali digelar sejak April 2019 lalu untuk para petani andaliman. Fenny menjelaskan, program itu memiliki dua pertemuan dimulai dari pembuatan parfum skala lab dan pembuatan parfum menggunakan mesin parfum.
“Saat ini masih berupa minyak atsiri (bibit parfum), diharapkan dapat dikembangkan menjadi pewangi dan aroma terapi,” katanya.
Sementara, Badia Sitorus, salah satu petani andaliman Desa Parsoburan mengatakan merasa senang dengan adanya program mahasiswa Unimed yang membantu dalam meningkatkan nilai ekonomis andaliman. Dengan adanya pendampingan pembuatan parfum itu, menurut dia, petani andaliman dapat memanfaatkan hasil panen andaliman menjadi parfum.
“Semoga kegiatan itu, lebih sering dilakukan sehingga dapat membantu para petani andaliman untuk mengembangkan usaha milik mereka,” ujar Badia dilansir Indometro.id.
Mahasiswa inovator PKM-T Unimed itu adalah Fenny Cloudya Damanik (Fisika 2016), Elysabeth Luisa Pakpahan (Fisika 2016), Fenny Cloudya Damanik (Fisika 2016). Serta, Zulfan Silaban (Tehnik Mesin 2016), dan Edward Relius Laoly (Kimia 2017) dengan dosen pembimbing Dr. Rita Juliani, M.Si. (*)