Siedoo.com -
Daerah

Ketika Dosen Astronomi ITB Mengkaji Perpaduan Sains dan Agama

MAGELANG – Keyakinan beragama dan ilmu pengetahuan dalam kehidupan, mempunyai pandangan masing-masing. Keduanya saling berjalan seiringan, meskipun ada beberapa hal yang di dalam keduanya punya pertentangan dan belum bisa dijelaskan.

Pengurus Pembinaan Agama Islam RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang menggelar Kajian Ilmiah Tadabur Alam, Minggu (12/05/2019). Kajian dimulai sekitar pukul 09.00 WIB sampai 12.00 WIB, dilanjutkan sholat dzuhur berjamaah lalu kemudian diskusi bersama dan ditutup sekitar pukul 13.00 WIB.

Kajian tersebut diisi 2 pemateri, yaitu Evan Irawan Akabar, S.Si, M.Si dan Ustadz Bambang Fauzan. Sebuah kajian yang menjelaskan tema yang berkaitan dengan astronomi tersebut, dipadukan dari segi ilmiah dan agama yang digelar di Masjid Al Jihad RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang.

Teknis pemaparan dalam kegiatan tersebut, Evan Irawan Akabar, S.Si, M.Si menjelaskan astronomi dari sisi sains. Sedangkan Ustadz Bambang Fauzan menerangkan dalam sisi agama.

Pada jaman dulu orang menilai benda langit sesuai dengan apa yang dipikirkannya. Ada yang menilai bahwa bintang itu dianggap roh nenek moyang, atau benda langit lainnya dianggap dewa dan disembah.

“Pada jaman dulu orang-orang Islam di Arab memilah antara sains, agama dan hal yang bertolak dengan Islam yang kemudian mereka pelajari dan kembangkan,” kata Evan Irawan Akabar, S.Si, M.Si selaku pemateri yang juga Dosen Astronomi ITB.

Diingatkannya, bahwa sejak era Harun Yahya seolah-olah banyak orang haus dengan pembenaran. Banyak orang senang bahwa Alquran cocok dengan sains, sehingga malah menimbulkan efek orang-orang berusaha untuk mencocok-cocokkan.

“Salah satunya teori bumi datar, karena ada ayat yang tadi disampaikan oleh Pak Ustads yang menerangkan bumi dihamparkan. Hal itu menjadi dalil bagi orang-orang yang percaya terhadap teori bumi datar,” tuturnya.

Baca Juga :  Mahasiswa ITB Meluncur ke Italia, Ikuti Lomba Paduan Suara Internasional

Dijelaskannya oleh Dosen ITB yang sekaligus Peneliti Observatorium Bosscha tersebut, bahwa bukan aslinya seperti itu maksud dari salah satu penggalan Aquran tersebut.
Sebelumnya, Ustadz Bambang Fauzan juga sudah menerangkan bahwa maksud dari dihamparkannya itu bukan berarti aslinya bumi datar.

Memang Alquran itu berbicara tentang masa yang lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. “Masa yang lalu itu diungkap dengan bantuan sains, karena jika tidak, maka akan muncul pemahaman yang berbeda,” kata Ustadz Bambang Fauzan.

Bagaimanapun hebat akal manusia, tentu mempunyai batasan dan harus diimbangi dengan pemahaman agama yang mumpuni. “Akal kita ini kalau sudah keluar dari jalurnya, maka akan menuju ke pemahaman yang keliru,” tegasnya.

Kegiatan tersebut dibuka untuk umum dan dihadiri sekitar 60 peserta. “Peserta yang hadir mayoritas dari kalangan pendidik seperti guru SMP, SMA di Magelang dan masyarakat umum sekitar Magelang Utara,” kata Hesti Santoso, Ketua Panitia acara tersebut. (Siedoo)

Apa Tanggapan Anda ?