Siedoo, Tahun ini siswa-siswi SD/sederajat sedang bersiap menghadapi Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) akan dilaksanakan pada tanggal 22-24 April 2019. Bagi mereka, Ujian Nasional (UN) adalah jadwal ujian paling penting. Karena ini akan memberikan jalan bagi mereka ke jenjang pendidikan lebih tinggi.
Bagi siswa yang menginginkan sukses menempuh UN mereka mempersiapkan diri dengan berbagai kegiatan belajar. Ada yang ikut bimbingan ujian di lembaga-lembaga bimbingan belajar, ada yang les privat, ada pula yang belajar mandiri.
Dikutip dari intisari.grid.id, ada kisah luar biasa yang patut diacungi jempol berikut ini. Kisah perjuangan seorang siswa SD yang mempersiapkan diri mengikuti UN. Siswa tersebut adalah Marianta, siswa SD 6 Bunutan, Karangasem, Bali.
Marianta dan teman-teman sekelasnya hendak menjalani ujian pemantapan di sekolahnya, Senin (1/4/2019). Tapi karena sekolahnya jauh dan harus lewati perbukitan maka Ahad (31/3/2019) sudah berangkat agar tak terlambat sampai sekolah.
Jarak rumah Marianta ke sekolah cukup jauh dan memakan waktu yang lama. Rumahnya di perbukitan yang aksesnya susah, sehingga Marianta harus jalan kaki ke sekolah sekitar 3 jam.
Pada hari biasa guru di SD 6 Bunutan sudah memaklumi jika Marianta dan teman-temannya terlambat atau masuk dengan seragam kotor. Para guru menghargai perjuangan dan kegigihan mereka dalam menuntut ilmu, meski tempat tinggalnya jauh dari lokasi sekolah.
Menginap dekat sekolah
Karena hal tersebut, Marianta dan dua temannya berangkat lebih awal dan menginap di rumah warga yang dekat dengan sekolah. Marianta pun membawa bekal berupa jagung yang rencananya akan digunakan untuk makan selama menumpang di rumah warga.
Dilansir tribunnews.com, Marianta dan dua temannya menumpang di rumah temannya bernama Gede Sibang. Temannya ini kondisinya juga kurang mampu sehingga mereka bawa bekal sendiri untuk makan selama menumpang.
Seorang relawan kemanusiaan perseorangan bernama Andy, mengirim sembako untuk keperluan Marianta dan temannya selama menumpang di rumah warga. Andy pun sudah menghubungi guru untuk membelikan sembako bagi ketiga siswa itu.
“Untuk kasur diusahakan karena akses ke sananya memang susah. Kasihan mereka tidurnya tanpa kasur,” ungkap Andy.
Andy berharap kisah Marianta tersebut dapat menjadi perhatian pihak terkait untuk mencarikan solusi yang terbaik.
“Kami berharapnya mereka dibuatkan asrama di sekolah, jadi mereka tidak perlu pulang pergi setiap hari. Tiap tahun kan ada murid baru, jadi cerita seperti ini tak akan berhenti, kasihan yang masih kelas 1, 2 kan masih kecil-kecil,” tutup Andy. (*)