SURABAYA – Seputar penemuan baru tentang energi terbarukan digarap oleh para peneliti, baik di Indonesia maupun Malaysia. Namun, tidak terbatas di situ saja, peneliti juga bisa berbicara hal lain misalnya tentang manajemen bencana.
“Karena ini lumrah di Indonesia, sebab dampak besarnya tidak hanya untuk Indonesia tapi negara tetangga seperti Malaysia juga akan terdampak,” kata Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Prof Ir Joni Hermana MSc ES PhD.
Ia mengatakan itu saat Indonesia – Malaysia Research Consortium (IMRC) 2018 menggelar seminar yang mengangkat topik energi terbarukan di Gedung Research Center ITS. Dikatakan Joni, ada banyak faktor yang menentukan kesuksesan kerja sama riset, salah satunya pemerintah. Sebab, pemerintah memiliki andil besar dalam membantu pemberian grant (pendanaan).
“Sehingga diharapkan dengan dana yang cukup tersebut, potensi kerja sama dengan perguruan tinggi lain atau negara lain terbuka lebar, salah satunya lewat IMRC ini,” tuturnya.
Pada IMRC 2018 ini, beberapa perguruan tinggi akan melakukan kajian untuk membahas peluang kerja sama. Seperti student exchange, credit transfer, joint publication, joint research dan lain-lain. Namun pertama-tama, yang terpenting adalah menggali komitmen para pimpinan perguruan tinggi.
“Agar bersama-sama mengembangkan kerjasama yang luar biasa ini,” jelas guru besar Teknik Lingkungan ITS ini.
Hubungan Indonesia dan Malaysia makin dipererat dengan hadirnya Indonesia – Malaysia Research Consortium (IMRC) 2018 itu. ITS Surabaya bersama Universiti Teknologi Malaysia (UTM) bersama-sama memiliki visi untuk mewadahi dan memperluas kerja sama riset melalui pembentukan konsorsium tersebut.
Seminar ini dihadiri para peneliti, ilmuwan, dan mahasiswa pascasarjana dari Indonesia dan Malaysia. Isu Green Energy diambil sebagai topik utama dengan mempertimbangkan kestrategisan bidang tersebut.
Selain itu, juga didasari oleh makin langkanya energi berbasis fosil. Aspek keramahan terhadap lingkungan juga merupakan pertimbangan lainnya mengapa topik ini dijadikan sebagai topik utama dalam IMRC Seminar 2018.
“Ini adalah kali keduanya bertandang ke ITS. Di mana sebetulnya hubungan antara ITS dan UTM sudah begitu dekat, khususnya dalam hal kerja sama riset. Saya harap kerja sama seperti ini akan terus berlanjut dan menghasilkan produk-produk riset yang lebih baik lagi bagi kedua negara,” imbuh Prof Ir Dr Wahid Omar, UTM Vice Chancellor.
Adapun fokus bidang pada IMRC 2018 ini, menurut Wahid, adalah sebuah respon terhadap perkembangan zaman. Seiring bertambahnya populasi, kebutuhan akan energi juga meningkat.
“Energi terbarukan adalah solusinya. Di mana isu ini menjadi persoalan hangat yang diperbincangkan banyak pihak, dengan harapan adanya alternatif energi baru dari hasil kerja sama riset ini nantinya,” jelasnya. (Siedoo)