Siedoo, Siapa sangka sosok pendiam siswa Kelas VIII Tazkia Islamic International Boarding School (IIBS), Malang, Jawa Timur ini ternyata ahli membuat robot. Dialah Darvesh Yalubia Nabel, salah satu generasi muda hebat dari Malang. Keahliannya menciptakan aneka macam robot berbuah prestasi.
Pada 9 September 2018 lalu, dia meraih satu medali emas dan tiga perak dalam International Islamic School Robot Olympiad (IISRO) 2018 di Malaysia. Nabel mengaku bersama dengan teman-temannya pernah meraih medali di banyak ajang.
”Saya sudah ikut lomba saat SD dulu,” ungkap Nabel.
Di ajang IISRO yang berlangsung di International Islamic Univercity Malaysia (IIUM) itu, Nabel ikut dalam kategori transporter (memindah barang), sumo, underwater, dan rescue. Dia berlaga melawan 300 peserta dari seluruh Asia. ”Yang kategori transporter dapat emas, yang tiga (sumo, underwater, dan rescue) itu dapat perak,” ungkap Nabel.
Bisa mendapat empat medali di ajang internasional, tentunya sangat membanggakan baginya. Untuk bisa membawa pulang empat medali itu, memang bukan perkara mudah. Nabel menceritakan, persiapan untuk mengikuti lomba ini sudah disiapkan selama dua bulan. Jam latihan juga ditambah dari biasanya.
”Senang saja, bisa bawa nama Indonesia dan sekolah juga,” ujarnya. Biasanya, untuk latihan bersama dilakukan saat eksrakulikuler, atau, kurang lebih seminggu sekali.
Susah berlatih, ternyata bukan satu-satunya rintangan. Saat perlombaan pun tak kalah mendebarkan. Saat itu, waktu Nabel masuk final dalam kategori transporter dan melawan peserta dari tuan rumah dia harus melakukan pemrograman.
”Saat pemrograman, hanya diberi waktu satu jam setengah. Tidak terasa waktu mau habis dan tiba-tiba sudah mau lomba dimulai. Cepat sekali,” ungkapnya.
Untungnya, Nabel bisa menyelesaikan dengan cepat dan lancar dalam perlombaan. Menurutnya, berpacu dengan waktu itu menjadi tantangan tersendiri dalam dunia robotic. Di kategori transpoter itu dia berhasil meraih waktu tercepat dan memindah barang paling banyak.
”Dapat waktu satu menit berapa detik waktu itu,” katanya.
Saat di kategori under water, Nabel juga nyaris kehilangan medali perak. Sebab, saat itu robot yang dijalankannya sebelum perlombaan sempat macet dan membuat Nabel sempat panik
”Tapi alhamdulillah kami minta saran pelatih, terus bisa diperbaiki,” ujarnya dilansir indopos.co.id.
Dalam dunia robotic, memang bukan hal pertama baginya mengikuti berbagai perlombaan baik nasional maupun internasional. ”Dulu saat kelas VI SD pernah ke Singapura, namun dapat juara tiga. Saya ikut kategori rescue,” ungkap putra Vana Prantanto dan Luluk Abidah itu.
Sementara di Indonesia, pada ajang Baronas (Lomba Robot Nasional) di ITS Surabaya awal 2018, Nabel mendapatkan medali emas. Di Baronas ini Nabel ikut di transpoter manual, waktu itu lawannya dari Yogjakarta.
Dari berbagai pengalaman itu, menjadi bekal baginya mengikuti berbagai event lomba robot nasional dan internasional. Nabel sendiri berharap dengan robot nantinya bisa menjadi jawaban untuk berbagai kebutuhan di masa depan. Dia berharap robot ciptaannya mampu meringankan pekerjaan manusia.
”Karena mungkin nanti bisa lebih praktis menggunakan robot itu,” harapnya.