KINABALU – Melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Pemerintah menghimbau Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) menerima lebih banyak lagi anak Indonesia berkebutuhan khusus di Malaysia. Sebagai sekolah induk, SIKK diminta mendorong 294 pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) di Sabah dan Serawak untuk menerima murid berkebutuhan khusus.
Langkah itu merupakan upaya dan kepedulian pemerintah hadir melayani pendidikan anak Indonesia, khususnya penyandang disabilitas meskipun mereka berada di negeri orang. Selain meraih berbagai prestasi, SIKK juga harus mampu memberikan warna baru dalam layanan pendidikan di antara sekolah Indonesia luar negeri .
Meskipun belum ada guru bagi penyandang disabilitas, SIKK dan PKBM di bawah naungan Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar, diminta menerima siswa tersebut dahulu.
“Ke depan akan ada solusi atas permasalahan itu, misal melalui pelatihan guru, mendatangkan guru bantu, dan lainnya,” ujar Direktur Pembinaan Guru Pendidikan Dasar Kemendikbud, Praptono.
Praptono mengungkapkan, biasanya dalam suatu daerah terdapat 2,5 persen dari total penduduknya yang menyandang disabilitas. Sementara orang tua mereka (anak-anak Indonesia berkebutuhan khusus di Malaysia) sibuk mencari nafkah.
Praptono menandaskan, jika anak-anak Indonesia berkebutuhan khusus itu tidak dididik maka mereka tidak akan pernah mandiri. Orang tua mereka memiliki keterbatasan dalam melayani pendidikan mereka misalnya dari segi usia, kemampuan mengajar, dan lainnya. Satu dari berbagai cara agar mereka mampu bertahan hidup adalah dengan memberikan pendidikan.
Kepala SIKK, Istiqlal mengatakan SIKK memang belum mempunyai guru khusus bagi siswa penyandang disabilitas. Sehingga para siswa berkebutuhan khusus tersebut tetap mengikuti pembelajaran di kelas reguler seperti anak lainnya. Tetapi ada dispensasi untuk mata pelajaran yang tidak bisa mereka ikuti karena keterbatasannya dan digantikan dengan kegiatan lain.
“Nanti kita akan minta Kemendikbud supaya mengirimkan guru-guru yang khusus menangani itu. Sementara kita andalkan sumber daya yang telah ada dahulu,” jelas Kepala SIKK dikutip kemdikbud.go.id. (Siedoo/NSK)