JAKARTA – Guru Indonesia yang bertugas di Malaysia diminta menggali dan mengembangkan potensi generasi penerus bangsa. Hal itu disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, di hadapan 100 guru Indonesia yang berangkat ke Malaysia, di Hotel Belezza, Jakarta. Anak-anak Indonesia di Negeri Jiran itu juga merupakan generasi penerus bangsa yang kelak harus mampu memperbaiki kualitas hidupnya dan bersaing di dunia global.
Keseratus guru tersebut diberangkatkan oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Selama dua tahun ke depan, mereka mengajar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang tersebar di wilayah Sarawak dan Sabah.
PKBM atau yang lebih dikenal dengan Comunity Learning Center (CLC) adalah lembaga formal bentukan masyarakat yang muncul atas prakarsa masyarakat dan dikelola oleh masyarakat sebagai upaya memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat tersebut.
Saat ini terdapat ratusan lebih anak Indonesia di Malaysia yang memiliki potensi sangat bagus di bidang pendidikan. Tidak sedikit dari mereka yang melanjutkan pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi di Indonesia seperti Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), dan lainnya bahkan universitas luar negeri.
Mendikbud yakin anak-anak Indonesia di Malaysia yang diarahkan dengan baik, kelak tidak akan melupakan para gurunya.
“Hal itu akan menjadi amalan saudara yang tidak pernah ada henti-hentinya,” ujar Mendikbud Muhadjir.
Mendikbud menekankan, para guru Indonesia yang bertugas di Malaysia itu jangan berharap sarana prasarana sekolah akan memadai. Justru para guru yang nantinya harus membuat lingkungan belajar murid-murid itu menjadi layak dan menyenangkan bagi mereka.
“Sekarang Anda bertempur menghadapi kebodohan yang diderita anak-anak Indonesia di Malaysia,” tegas Muhadjir.
Salah satu guru asal Tana Toraja, Selawesi Selatan yang purna tugas di Malaysia, Rainly Mogot Pandin, mengungkapkan proses pembelajaran anak-anak Indonesia di Malaysia tidak sama seperti di tanah air. Karena terdapat perbedaan bahasa sehari-hari, kebiasaan atau perilaku siswa, dan lainnya. Jadi para guru harus tetap semangat mengajar anak-anak Indonesia dengan cara yang tepat.
“Perlu kesabaran yang lebih lagi dan bisa lebih kreatif membimbing anak-anak di sana,” ungkap Rainly.
Sementara Nur Widayanti, salah satu dari 100 guru Indonesia yang diberangkatkan ke Malaysia tahun ini, menuturkan tekadnya mengajar di sana adalah untuk mencerdaskan anak-anak Indonesia. Agar mereka tidak bernasib sama seperti orang tuanya yang menjadi buruh di negeri orang.
Guru asal Depok, Jawa Barat itu berharap, anak-anak lebih mengenal dan mencintai tanah air Indonesia melalui keanekaragaman budaya. Sebagai guru, Nur Widayanti telah menyiapkan berbagai bahan ajar seperti cerita rakyat, tarian daerah, lagu-lagu nasional serta daerah, dan lainnya.
“Sebagai seorang guru yang kreatif, harus mampu menempatkan diri di berbagai medan, tak ada rotan akar pun jadi,” ungkapnya dilansir kemdikbud.go.id.
Pemerintah melalui Kemendikbud hingga tahun lalu telah mengirimkan 190 guru ke Malaysia. Dengan penambahan 100 guru itu, mereka akan disebar ke 155 PKBM jenjang Sekolah Dasar dan 139 PKBM jenjang Sekolah Menengah Pertama. Hal itu merupakan salah satu bentuk kehadiran negara melayani pendidikan bagi anak-anak Indonesia di mana pun mereka berada. (Siedoo/NSK)