LOMBOK – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur terus berupaya membantu para korban bencana di Lombok, Nusa Tenggara Barat. ITS tidak akan meninggalkan Lombok dan langsung beralih ke Palu, Sulawesi Tengah. ITS tetap berkomitmen untuk membantu keduanya, dengan tetap melaksanakan tanggungjawabnya untuk membantu proses pemulihan kondisi kesejahteraan masyarakat dan infrastruktur di Lombok Utara pascabencana.
“Saya sangat terkesan dengan apa yang sudah dilakukan oleh segenap tim ITS dalam jangka waktu yang singkat, berhasil memotivasi dan memfasilitasi masyarakat setempat agar mereka kembali pulih dan membangun wilayahnya secara mandiri,” kata Rektor ITS Prof Joni Hermana.
Kamis (4/10/2018) ini, Rektor ITS Prof Ir Joni Hermana MSc ES PhD bersama sejumlah pimpinan ITS dan tim Pusat Studi Kebumian, Bencana, dan Perubahan Iklim (PSKBPI) mengunjungi para korban yang ada di Desa Rempek Darussalam, Kecamatan Gangga, Lombok Utara. Di desa tersebut lah posko bantuan bencana alam ITS didirikan.
Menurut rektor, hal itu merupakan sebuah pembelajaran yang baik bagi segenap sivitas akademika ITS bahwa sebagai perguran tinggi, ITS mampu melakukan upaya untuk memberdayakan masyarakat dan memulihkan kembali kondisi mereka. Tanpa harus bergantung pada bantuan dari pemerintah yang dirasa sulit.
Sebelum menuju posko, Rektor ITS beserta rombongan disambut di kediaman Bupati Lombok Utara, Dr H Najmul Akhyar SH MH. Pada kesempatan itu, Prof Joni Hermana dan rombongan menyampaikan progres bantuan ITS yang berkomitmen membangun 914 Hunian Sementara (Huntara) di desa Rempek Darussalam ini.
Hal tersebut disambut positif oleh Bupati Lombok Utara. Ia mengatakan, program Huntara ITS ini sangat membantu dan bermanfaat sekali bagi warganya. Najmul juga telah mencanangkan program ‘Kembali ke Rumah’ untuk warganya.
Dengan demikian diharapkan tidak ada lagi warga yang menempati tenda-tenda pengungsian. Karena hal itu dapat menurunkan psikologis korban gempa jika tidak secepatnya kembali ke rumah dan lingkungan mereka.
“Adanya peran perguruan tinggi dalam bantuan di Lombok ini sangat membantu, karena bantuan bisa terlaksana secara langsung,” ujarnya.
Saat ini, Indonesia memang sedang berduka, terhitung dalam waktu kurang dari tiga bulan sudah ada dua musibah besar terjadi di dua wilayah Indonesia yang berbeda. Gempa bumi dengan kekuatan 7 skala richter pada 29 Juli lalu berhasil menelan paling banyak korban di Lombok Utara serta menghancurkan rumah warga yang ada di sana. Disusul pada 28 September lalu, gempa bumi berkekuatan 7,4 skala richter disertai tsunami menerjang Kabupaten Donggala dan Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Terhitung hingga Kamis (4/10/2018) ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sudah 1.407 orang yang menjadi korban jiwa bencana alam yang terjadi di Palu dan Donggala tersebut. Sontak musibah lebih masif yang terjadi di Palu – Donggala ini memang banyak menarik perhatian masyarakat maupun pemerintah.
Namun, ITS Surabaya melalui Pusat Studi Kebumian, Bencana, dan Perubahan Iklim yang dari awal sudah bertekad membantu di Lombok serasa tidak ingin teralihkan perhatiannya. (Siedoo)