Siedoo.com -
Nasional

20 Ribu Guru dan 100 Ribu Siswa Terdampak Tsunami, 2.736 Sekolah Rusak

JAKARTA – Dampak gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng) lebih besar dibanding gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan bencana pada Jumat (28/9/2018) tersebut lebih besar dibanding bencana di Lombok, pada Minggu (5/8/2018).

Karenanya Kemendikbud tidak bisa cepat mendeteksi kerusakan bangunan sekolah pada bencana di Sulteng tersebut. Sebab, keadaaan di sana sangat lumpuh, mulai dari transportasi, komunikasi hingga listrik.

Kemendikbud baru memperolah data kasar kerusakan sekolah Rabu (3/10/2018). Sebagaimana ditulis detik.com, tercatat ada 2.736 sekolah rusak pascagempa dan tsunami itu.

Butuh waktu minimal setahun untuk proses perbaikan dan rehabilitasi.

“Seperti di NTB, target kita setahun. Tahun ini ada 3 tahap untuk menjamin proses KBM tetap berjalan, pertama bikin kelas darurat berupa tenda dari Kemendikbud berstandar UNICEF. Setelah itu pemerintah melalui Kementerian PUPR bangun sekolah yang rusak berat,” kata Mendikbud Muhadjir Effendy.

Menurut Muhadjir, penanganan seluruh dampak bencana di bawah koordinasi BNPB, termasuk bidang pendidikan. Sabtu (6/10/2018) besok dia akan terbang ke Sulteng untuk mengecek langsung kondisi di lapangan.

“Jika memungkinkan, sekolah dibangun di lokasi asal. Jika harus direlokasi, nanti dibangun di tempat lain,” jelasnya.

Dikatakan, ada 100 ribu siswa yang terdampak langsung bencana gempa dan tsunami di Sulteng. Sementara tenaga pendidik yang terdampak berjumlah lebih dari 20 ribu orang.

“Yang terdampak 20.000 lebih guru, kalau siswa 100.000 lebih,” katanya.

Meski telah mendata jumlah siswa dan tenaga pendidik yang terdampak gempa dan tsunami, namun Muhadjir mengaku kondisi mereka seluruhnya saat ini belum diketahui secara detail.

“Belum ada rincian kondisi, sudah ada laporan meninggal tapi belum final. Masih kita data, kan masih banyak yang harus kita cari, termasuk karyawan UPT juga masih ada beberapa yang belum kumpul lagi, yang sudah ketahuan meninggal satu orang,” jelasnya.

Baca Juga :  Relawan Lebih Mulia Jika Miliki Kompetensi

Mendikbud menyebutkan kementeriannya telah memiliki tim psikolog bekerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi. Ketika gempa Lombok beberapa waktu lalu, tim psikolog itu telah diterjunkan untuk memberikan pendampingan di sana.

“Ada sebagian yang sekarang bertugas di NTB akan ditarik ke Sulteng,” jelasnya.

Sementara itu dampak gempa di Lombok ada  600-an gedung sekolah rusak, 3.051 ruang kelas di ratusan sekolah itu mengalami kerusakan, sementara 1.460 di antaranya rusak berat.

Melansir dari cnnindonesia.com, Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho beratnya dampak gempa di Sulteng menjadi salah satu alasan Presiden Joko Widodo membuka bantuan dari internasional.

“Jadi pertama gempa lebih besar yang terjadi Palu, Sulawesi Tengah. Kemudian juga terjadi tsunami, jumlah korban lebih besar, kemudian juga kerugian dan kerusakan, tingkat kesulitannya juga lebih besar. Kemudian juga menyampaikan ingin membantu ya kita terima,” katanya.

Berdasarkan data pada Senin (1/10/2018), korban tewas akibat bencana Palu dan Donggala mencapai 844 orang. Sementara korban luka mencapai 632 orang. Pengungsi yang sudah tercatat sebanyak 48 ribu orang. (Siedoo)

Apa Tanggapan Anda ?