SURABAYA – Tidak hanya kurikulum, dalam sistem penjaminan mutu, baiknya semua elemen di institusi pendidikan memiliki fungsi standar. Termasuk diantaranya tenaga pendidik itu memiliki fungsi tertentu yang sesuai standarnya.
“Sehingga, kita (institusi, red) bisa mengukur untuk selanjutnya apa yang perlu ditingkatkan,” kata Wakil Rektor III Bidang Sumber Daya Manusia, Organisasi, dan Teknologi Sistem Informasi (SDMO dan TSI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur Prof Ir Arif Djunaidy MSc PhD.
Ia menyampaikan itu saat membuka acara program Magang Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dari perguruan tinggi. Para peserta kegiatan ini terdiri dari kepala program studi dan dosen yang berasal dari lima PTS di Jawa Timur. Program tersebut diamanahi oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) sebagai perguruan tinggi negeri (PTN) asuh untuk meningkatkan mutu pendidikan di lima perguruan tinggi swasta (PTS) di Jawa Timur.
Lima PTS di bawah asuhan ITS tersebut adalah Universitas Darul Ulum Jombang, STT STIKMA Internasional Malang, Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI), STKIP PGRI Situbondo, dan Universitas Ibrahimy Situbondo. Banyaknya PTS di Indonesia sejajar dengan timbulnya sebuah pertanyaan, bagaimana mutu pendidikan mereka. Untuk itu, SPMI di sebuah perguran tinggi baik negeri maupun swasta, menjadi faktor penting dalam menentukan mutu pendidikan di perguruan tinggi tersebut.
“Diharapkan, melalui program magang di ITS yang didampingi para fasilitator dari dewan penjaminan mutu ini, para peserta dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan untuk membangun sistem penjaminan mutu yang baik di perguruan tinggi mereka,” jelas Kepala Kantor Penjaminan Mutu ITS, Prof Dr Ir Aulia Siti Aisjah MT.
Guru besar Teknik Fisika ini mengatakan, poin penting dalam menjalankan SPMI adalah harus ada organisasi pelaksananya dan menjaga komitmen masing-masing institusi untuk terus meningkatkan mutu pendidikan mereka. Untuk itu, goal dari program asuh yang dilakukan ITS ini adalah terciptanya organisasi SPMI di masing-masing institusi yang saat ini memang belum ada.
Selama dua hari, selain mendapatkan materi terkait penjaminan mutu internal di ITS, para peserta juga akan diterjunkan langsung ke masing-masing departemen. Itu untuk belajar secara langsung dan mengamati bagaimana sebuah SPMI yang baik dapat meningkatkan mutu pendidikan di ITS.
Sementara itu, salah satu peserta Niken Dani Safitri, Ketua Program Studi D3 Multimedia Komputer STT STIKMA Internasional Malang menyampaikan terima kasih kepada ITS karena sudah mengadakan proses pendampingan ini. Untuk institusinya yang dapat dikatakan masih berkembang, sangat butuh sekali pelatihan perihal SPMI ini.
“Kita masih butuh bimbingan dan belajar banyak lagi. Alhamdulillah dari ITS ada program ini, sehingga kami mendapat ilmu yang banyak perihal SPMI,” ungkapnya.
Program pendampingan ini nantinya juga akan berlanjut pada Oktober 2018. Di mana para dewan penjaminan mutu ITS yang sekaligus juga sebagai fasilitator akan melakukan follow up (tindak lanjut) ke PTS dampingan. Hal ini untuk melihat hasil dari serangkaian proses pendampingan demi terbentuknya sebuah sistem penjaminan mutu yang baik di lima PTS dampingan ITS tersebut.