SURABAYA – Perwakilan dari Indonesia ikut tampil dalam kompetisi Japan English Model United Nations (JEMUN) 2018 yang diadakan di Osaka, Jepang. Zullian Zulfikar Hafiz, mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur bersaing dengan perwakilan negara lain dan mampu mendapatkan prestasi. Zullian berhasil mengantongi gelar Outstanding Position Paper Award.
JEMUN terdiri dari committee session dimana perdebatan formal berbahasa Inggris terjadi selama tiga hari. Di sinilah terjadi berbagai negosiasi dengan 300 delegasi lainnya. Mereka pun dituntut untuk kreatif dalam menyalurkan ide-ide yang disesuaikan dengan situasi dan kompromi dengan peserta lainnya, bekerja sama dengan negara lain untuk menyelesaikan suatu isu internasional yang dibahas komite tersebut.
Perjalanan Zullian tak serta-merta berjalan mulus. Ia sempat menemui beberapa rintangan seperti bahasa. Kebanyakan orang Jepang dinilai tidak menggunakan bahasa Inggris.
“Tulisannya juga sulit dibaca, sehingga ada satu orang di tim kami yang bertugas belajar bahasa Jepang,” kata Zullian menjelaskan perjuangannya.
Gelaran yang berlangsung akhir Juni tersebut, Zullian dan tim harus berjuang dalam menyimulasikan konferensi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Kali ini, JEMUN berfokus pada Sustainable Development Goals (SDG) atau pembangunan yang berkelanjutan tentang pangan dan kesehatan.
Dengan persiapan yang dilakukan sekitar empat bulan, awalnya Zullian membentuk tim JMUN melalui seleksi yang cukup ketat. Seleksi tersebut meliputi registrasi, simulasi MUN, wawancara.
“Sampai akhirnya tim kami bisa mengikuti JEMUN dan berangkat ke Osaka,” ungkapnya.
Akomodasi di Jepang juga tak bisa dibilang murah. Sehingga, Zullian dan tim sebelumnya harus mencari sponsor dalam waktu singkat.
Walaupun kali pertama ITS MUN Club mengikuti JEMUN, perjuangan mahasiswa yang menginjak tahun keempatnya itu akhirnya terbalas manis. Zullian pulang dengan membawa gelar Outstanding Position Paper Award.
“Saya merasa puas dan bangga karena usaha selama empat bulan ini akhirnya terbayarkan,” kata Mahasiswa Departemen Teknik Kelautan itu.
Pria yang hobi berbahasa Inggris ini merasa bahwa MUN sangat seru dan berguna. “Dalam MUN, kita akan mendapatkan banyak teman dari berbagai latar belakang dan negara. Karena akan bekerja sama untuk menyelesaikan suatu isu internasional,” ungkapnya antusias.
Baginya, MUN adalah ajang yang sangat baik untuk mengembangkan beberapa softskill . Seperti berbicara di depan umum, negosiasi, presentasi, berbahasa Inggris, dan masih banyak lagi. Zullian berharap agar ITS dan Indonesia lebih mengenal apa itu MUN dan manfaatnya.
“Semoga lebih banyak mahasiswa ITS yang tertarik pada MUN dan mengikutinya. Insya Allah bisa mendapatkan juara dalam skala nasional dan internasional agar nama ITS lebih dikenal lagi,” tandasnya.