SURABAYA – Selama ini kapal menggunakan Vessel Monitoring System (VSM) untuk berkomunikasi antar kapal. Untuk pusat monitoring yang ada di darat, menggunakan media satelit. Namun, banyak kapal nelayan Indonesia dengan bobot di bawah 30 GT belum dilengkapi peralatan komunikasi berbasis satelit tersebut.
“Kita ingin mengembangkan jaringan bergerak maritim dengan berat di bawah 30 GT untuk nelayan Indonesia yang belum memiliki alat komunikasi berbasis satelit,” ujar Qurrotul Aini, staf pengajar Program Studi Sistem Informasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ia menyampaikan itu berkaitan dengan presentasinya dalam sidang doktor di Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur. Dalam sidang terbuka promosi doktor yang dipimpin Prof Dr Yoyon Kusnendar Suprapto MSc tersebut, promovenda yang akrab disapa Aini ini menyampaikan bahwa Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI mewajibkan kapal dengan bobot di atas 30 GT untuk menyediakan sistem tersebut. Namun, berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2012, kapal di bawah 30 GT mendominasi 98 persen dari keseluruhan jumlah kapal tangkap ikan di Indonesia.
Keterbatasan alat komunikasi berbasis satelit pada kapal tangkap ikan nelayan dengan bobot di bawah 30 Gross Ton (GT) menyebabkan berbagai macam masalah. Seperti, illegal fishing dan menurunnya industri kemaritiman. Melalui penelitian yang dilakukan Qurrotul Aini untuk disertasinya, masalah tersebut diharapkan dapat teratasi.
Dipromotori Prof Dr Ir Mauridhi Hery Purnomo MEng, Dr Ir Achmad Affandi DEA, dan Eko Setiaji ST MT PhD, ia berhasil menemukan jalan keluar dari permasalahan di atas. Yakni dengan terciptakannya algoritma optimasi trafik data Breadth Fixed Gossip (BFG) sebagai kombinasi dari algoritma pencarian Breadth First Search (BFS), model fixed radius atau cakupan transmisi kapal, dan algoritma Gossip serta Chaos Particle Swarn Optimilization (PSO) pada jaringan dinamik.
Selain itu, penelitian dilaksanakan perempuan yang memperoleh gelar sarjananya di Universitas Brawijaya (UB) Malang itu juga sejak 2013 menghasilkan algoritma optimasi rute destinasi tangkapan ikan dengan menggunakan Firefly Algorithm (FA) dan Genetic Algorithm (GA). Pemodelan optimasi rute trafik data dan destinasi dengan menggunakan algoritma BFS, dan penentuan probabilitas Gossip pada algoritma BFS untuk optimasi data jaringan nirkabel yang didasarkan pada jarak ke kapal tujuan dan konektivitas dengan kapal lainnya.
Ibu empat orang anak ini menjelaskan bahwa dengan algoritma yang telah ia buat ini, memungkinkan kapal tangkap ikan nelayan untuk bertukar informasi melalui media satelit. Hal tersebut ia buktikan dengan simulasi yang dilakukannya. Melalui simulasi tersebut diketahui juga memungkinkan untuk setiap nelayan mengabarkan kondisi terkini (real time) ketika diketahui ada kapal asing yang hendak mencuri ikan (illegal fishing).
“Pemodelan ini diharapkan agar trafik data antar kapal dan destinasi menuju lokasi dengan ikan yang berlimpah dapat diketahui. Dengan adanya sistem komunikasi berbasis satelit ini pencurian ikan dapat diatasi,” harap perempuan kelahiran Malang, 25 Maret 1973.
Berdasarkan pertimbangan dari pemaparan hasil penelitian Aini tersebut, keputusan Komisi Pertimbangan Fakultas yang dibacakan pimpinan sidang menyatakan bahwa Aini berhasil lulus menyandang gelar doktor. Dengan predikat sangat memuaskan.
Perempuan yang menempuh pendidikan S2 dan S3-nya di ITS itu berencana untuk mengembangkan algoritma yang ia ciptakan menjadi perangkat yang siap digunakan. Aini juga berencana untuk bekerjasama dengan PT Polytron untuk membangun protokol dan perangkat yang akan digunakan untuk alat komunikasi berbasis satelit kapal di bawah 30 GT.